Indonesia berambisi menjadi pusat keuangan syariah dengan potensi pasarnya yang begitu besar.
Mayoritas populasi muslim di Indonesia memang menawarkan pasar yang menggiurkan. Namun, menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, potensi besar tersebut hanya sekedar retorika apabila tidak melakukan pembenahan secara kontinu.
“Potensi besar yang kita miliki akan tinggal menjadi potensi apabila tidak secara total berbenah. Harus ada revolusi mental dalam cara mengembangkan keuangan syariah, bisnis syariah as usual karena itu harus kembangkan i’tikad baru,” kata Muliaman. Baca: Jokowi Optimis Indonesia Jadi Pusat Keuangan Syariah, Asal…
Ia mengungkapkan berdasar pada pengalaman dua tahun terakhir saat bisnis keuangan syariah menurun, semestinya memberi banyak pelajaran bagi pelaku industri. Apalagi mengingat krisis ekonomi datang dan pergi tanpa diundang. “Kalau tidak belajar, keterlaluan,” cetus Muliaman. Baca: Investasi Emas di Bank Syariah, Tahan Ancaman Krisis
- Diskusi Inspiratif Rabu Hijrah: “Sinergi Pentahelik Ekonomi Syariah Mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045”
- Pleno KNEKS 2024: Ekonomi Syariah Kekuatan Baru Menuju Indonesia Emas 2045
- CIMB Niaga Syariah Resmikan Pembukaan Syariah Digital Branch di Medan
- Adira Finance Syariah, Danamon Syariah & Zurich Syariah Gelar FPR2024 di Rangkasbitung
Muliaman menuturkan jangka waktu terjadinya krisis kini cenderung semakin dekat, karena itu banyak hal mesti dipersiapkan pelaku industri keuangan. “Potensi dalam negeri banyak sekali, kekuatan dan kesiapan kita menjadi penting tidak hanya aspek keuangan, tapi juga sumber daya manusia dan tata kelola (governance) perlu persiapan yang baik,” papar dia.
Perekonomian Indonesia saat ini dan di berbagai macam emerging market di seluruh dunia sedang mengalami tekanan akibat dinamika perekonomian global, sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan. Mau tak mau hal tersebut pun turut mempengaruhi kinerja industri keuangan, termasuk keuangan syariah.