Presiden Joko Widodo memperoleh penjelasan dari Direktur Eksekutif Perbankan Syariah OJK, Achmad Buchori (kanan) di depan Stand OJK, Minggu (14/6).

Jokowi Optimis Indonesia Jadi Pusat Keuangan Syariah, Asal…

Industri keuangan syariah Indonesia telah hadir selama lebih dari dua dekade. Potensinya yang amsih besar pun dinilai akan mampu membuat Indonesia menjadi pemimpin keuangan syariah global.

Presiden Joko Widodo memperoleh penjelasan dari Direktur Eksekutif Perbankan Syariah OJK, Achmad Buchori (kanan) di depan Stand OJK, Minggu (14/6).
Presiden Joko Widodo memperoleh penjelasan dari Direktur Eksekutif Perbankan Syariah OJK, Achmad Buchori (kanan) di depan Stand OJK, Minggu (14/6).

Presiden RI, Joko Widodo mengatakan Indonesia berpotensi menjadi pusat perkembangan keuangan syariah global mengingat jumlah pelaku dan aktivitas keuangan syariah yang cukup besar. Saat ini jumlah nasabah keuangan syariah sebanyak 18 juta rekening dan Indonesia merupakan negara dengan jumlah lembaga keuangan mikro terbesar di dunia yang sebagian berbentuk Baitul Maal wat Tamwil dan koperasi jasa keuangan syariah. Indonesia juga merupakan negara penerbit sukuk terbesar dan satu-satunya negara yang menerbitkan sukuk ritel.

Presiden menuturkan hal tersebut merupakan modal awal yang perlu dikembangkan agar menjadi pilar utama dalam pembangunan nasional, khususnya melalui pengembangan UKM dan pembiayaan infrastruktur. “Bila semua potensi yang ada terus dikembangkan, maka kami optimis Indonesia akan menjadi pusat perkembangan keuangan syariah global. Kita harus yakin ini, Insya Allah,” cetus Jokowi dalam pencanangan kampanye nasional Aku Cinta Keuangan Syariah pada Minggu (14/6).

Ia menambahkan untuk menuju kesana, potensi dan modal yang sudah dimiliki harus dikelola baik. Kuncinya pada pemahaman masyarakat secara berkelanjutan, inovasi dan layanan serta perlindungan kepada nasabah. Menurutnya, sektor jasa keuangan syariah perlu diberi perhatian karena sektor ini terus bertumbuh, berkembang, dan pesat, karena pertumbuhannya belum optimal dari potensi yang ada.

Pangsa pasar keuangan syariah sampai Maret 2015 tercatat baru 4,7 persen dengan volume usaha kurang lebih Rp 268 triliun. “Ini masih kecil sekali karena cuma 4,7 persen padahal peluang bagi industri jasa keuangan berbasis syariah untuk tumbuh berkembang masih sangat terbuka lebar,” kata Jokowi.

Presiden menambahkan hal itu mengingat sebagian besar masyarakat belum punya akses pada layanan jasa keuangan formal. Berdasar data Bank Dunia 2014 hanya 36,1 persen dari orang dewasa Indonesia yang punya akun di lembaga keuangan formal. Presiden melanjutkan potensi pun semakin terbuka luas karena faktor adanya bonus demografi yang meningkatkan pertumbuhan dan meningkatnya porsi kelas menengah berpenghasilan ke atas dengan kemampuan menabung dan investasi lebih tinggi dan membutuhkan jasa keuangan yang semakin beragam. Dengan peluang tumbuh yang terbuka lebar, lanjutnya, industri keuangan syariah punya peran strategis dalam pembangunan nasional.

Guna mencapai keinginan menjadi leader dalam pengembangan keuangan syariah global dan memanfaatkan perkembangan sektor jasa keuangan syariah bagi kemaslahatan bangsa, Presiden meminta semua kementerian, lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah terkait untuk bersama-sama mendukung pengembangan sektor jasa keuangan syariah, mengatasi berbagai hambatan perkembangan industri ini, dan secara sinergi melakukan berbagaj upaya untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing sektor jasa keuangan syariah.