Total volume pemesanan pembelian ST007 yang telah ditetapkan adalah sebesar Rp 5.421.257.000.000,00 (lima triliun empat ratus dua puluh satu miliar dua ratus lima puluh tujuh juta rupiah) dengan jumlah investor sebanyak 16.992 orang, yang merupakan jumlah penjualan dan investor terbanyak sepanjang penerbitan Sukuk Tabungan.
Demikian info dari keterangan pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan baru-baru ini di Jakarta.
ST007 ini mulai ditawarkan pada tanggal 4-25 November 2020 dengan tingkat imbalan 5,50% (floating with floor) dengan tanggal setelmen 2 Desember 2020. Penerbitan ST007 ini bekerjasama dengan 31 Mitra Distribusi yang terdiri dari 4 Bank Umum Syariah, 16 Bank Umum, 5 Perusahaan Efek, 3 Perusahaan Efek Khusus dan 3 Perusahaan Financial Technology.
ST007 ini diterbitkan dengan format Green, yang merupakan Green Sukuk Retail kedua yang diterbitkan oleh Pemerintah setelah yang pertama dengan ST006 yang diterbitkan bulan November 2019.
Seluruh hasil penerbitan Green Sukuk Retail -Sukuk Tabungan ST007 ini digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek yang ramah lingkungan baik refinancing maupun new financing. Proyek-proyek hijau yang dibiayai dari hasil penerbitan Green Sukuk Ritel seri ST007 berada di Kementerian Perhubungan (Layanan Bandar Udara, Kenavigasian, dan Pelabuhan), dan Kementerian PUPR (Embung, Jaringan Irigasi, dan Unit Air Baku).
Penerbitan Green Sukuk Ritel ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah dalam mengatasi dampak dari perubahan iklim.
Beberapa capaian atas penjualan ST007 adalah sebagai berikut:
ST007 merupakan seri Sukuk Tabungan dengan nominal penjualan terbesar dan jumlah investor terbanyak sepanjang sejarah penerbitan Sukuk Tabungan.
Investor baru ST007 sebanyak 4.276 investor dan didominasi oleh generasi Millenial sebanyak 56,71%. Hal ini sesuai dengan tujuan Pemerintah untuk mendorong investor milenial menjadi smart investor sekaligus peduli lingkungan.
Seperti halnya pada ST005 dan ST006, volume pemesanan terbesar di ST007 (43,34%) berada pada generasi Baby Boomers, sejumlah Rp2,349 triliun. Angka ini secara persentase tidak jauh berbeda dengan ST005 (42,76%) dan ST006 (43,20%).
Wilayah Indonesia Barat (selain DKI Jakarta) menjadi wilayah dengan jumlah investor dan volume pemesanan terbesar, dengan porsi volume pemesanan 45,78% atau sebesar Rp2,48 triliun dan porsi jumlah investor 56,30% atau 9.566 orang.
Propinsi dengan capaian penjualan terbesar adalah DKI Jakarta dengan nominal pemesanan (Rp2,40 triliun) dan investor terbanyak (5.908 investor). Dominasi DKI Jakarta ini sama seperti seri-seri Sukuk Tabungan sebelumnya.
Pegawai swasta sebanyak 6.221 (36,61%) mendominasi dari sisi jumlah investor. Wiraswasta mendominasi dari sisi volume sebesar Rp1,89 triliun (34,91%).
Channel pembayaran yang paling diminati investor adalah mobile banking (45,9%).
Volume pemesanan terbesar sejumlah Rp2,591 triliun (47,80%) pada nominal pemesanan di atas 1 miliar. Mayoritas investor berada pada range pembelian antara Rp5 juta s.d. Rp100 juta, yaitu sebanyak 7.253 orang (42,68%).
Sahabat Sukuk yang setia membeli ST002 s.d. ST007 berjumlah sebanyak 168 investor.
Mitra Distribusi dengan capaian penjualan terbesar adalah Bank Central Asia (Rp1,73 triliun) untuk kategori Bank Umum, Bank Syariah Mandiri (Rp133,62 miliar) untuk kategori Bank Umum Syariah, Mandiri Sekuritas (Rp11,60 miliar) untuk kategori Perusahaan Sekuritas, dan Bareksa (Rp43,30 miliar) untuk kategori Fintech. Sementara dari sisi tingkat keritelan, Midis Perusahaan Fintech dan Perusahaan Efek relatif lebih baik dibandingkan Midis Perbankan.
Salah satu wujud nyata manfaat dari penerbitan Green Sukuk Ritel seri ST007 dapat kita lihat dari pembangunan jaringan irigasi baru. Dampak pembangunan jaringan irigasi ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan ketahanan air di beberapa daerah yang rentan terhadap kekeringan, dan pada akhirnya akan mendukung peningkatan ketahanan pangan dan ekonomi produktif.
Penerbitan Green Sukuk Ritel ST007 ini tetap mengacu pada ROI Green Sukuk/Bond Framework yang sudah dimiliki oleh Pemerintah termasuk untuk kewajiban laporan yang akan digabungkan ke dalam Annual Green Sukuk Impact Report.
Pemerintah sudah menerbitkan Green Sukuk Impact Report sebanyak 2 kali, yaitu 2019 dan 2020, yang berisi perhitungan berapa kontribusi dari pembiayaan Green Project ini terhadap penurunan emisi karbon.
Laporan pertama telah diaudit oleh international independent auditor KPMG dan telah dipublikasikan pada bulan Februari 2019 dan laporan Kedua sudah diaudit oleh Price Waterhouse Coper (PWC) dan dipublikasikan bulan Maret 2020. Laporan dapat diakses di website DJPPR (https://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/load/2357).
Dalam pembiayaan APBN, Pemerintah akan terus mengembangkan creative and innovative financing salah satunya melalui penerbitan SBN ritel yang dapat memberikan dampak langsung kepada masyarakat seperti Green Sukuk Ritel.