Industri perbankan syariah yang mengalami pertumbuhan pesat dalam satu dekade terakhir mulai melambat akhir-akhir ini. Namun, hal tersebut tak menyurutkan optimisme OJK terkait pencapaian target pangsa pasar.
Industri perbankan syariah memiliki target pangsa pasar lima persen, namun sampai sekarang target tersebut belum terwujud. Direktur Penelitian, Pengembangan dan Pengaturan Perbankan Syariah OJK Dhani Gunawan Idat, mengatakan industri perbankan syariah terus berkembang cepat sejak krisis moneter melanda pada 1997.
“Saat krisis tahun 1997 bank syariah di Indonesia hanya satu dengan aset Rp 400 miliar. Sekarang aset perbankan syariah sudah Rp 281 triliun, berkembang kurang lebih 600 kali lipat,” ujarnya. Sekarang Indonesia memiliki 12 bank umum syariah, 22 unit usaha syariah dan 165 BPRS (bank pembiayaan rakyat syariah). Baca: OJK Luncurkan Roadmap Perbankan Syariah
Dhani mengutarakan masih ada rasa ketidakpuasan karena pangsa pasar perbankan syariah hanya di kisaran empat persen. Kendati demikian, regulator tetap optimis dapat mencapai target tersebut di akhir tahun ini. Hingga Agustus 2015 pangsa perbankan syariah tercatat sebesar 4,7 persen.
“Mudah-mudahan pangsa pasar sampai lima persen. Kami sih masih tetap optimis mengharapkan (bisa tercapai) pada akhir Desember ini, karena bank-bank juga sedang berusaha memenuhi rencana bisnisnya. Kalau rencana bisnis bank berjalan dengan lancar kami optimis bisa mencapai pangsa pasar 5 persen,” cetus Dhani. Baca: Implementasi Roadmap Konsisten, Pangsa Bank Syariah Bisa Naik Signifikan
Ia memaparkan ada lima tipe segmen nasabah bank yang patut diperhatikan, yaitu harus bank syariah, terpaksa menjadi nasabah bank syariah, tipe sekedar ikut-ikutan, nasabah floating yang melihat hanya dari sisi besarnya keuntungan yang diperoleh, dan nasabah yang harus di bank konvensional. “Nah yang paling banyak itu di floating, mana yang untung disana dia ikut. Dari semua segmen itu kami harapkan semua bisa menggunakan bank syariah,” pungkas Dhani.