Baitul maal wat tamwil (BMT) menghadapi isu biaya dana yang tinggi, sehingga kurang kompetitif dibanding bank.
Ketua Umum Asosiasi BMT Seluruh Indonesia Aries Mufti, mengatakan ada tiga hal yang membuat biaya dana dan margin di BMT tinggi. Pertama, ketiadaan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). “Kenapa bank menghimpun dananya cukup bagus? Karena ada LPS, karena dijamin maka nasabah merasa aman,” ujar Aries, kemarin.
Hal kedua terkait kenyamanan nasabah dalam bertransaksi. Aries menyebutkan bank-bank besar seperti BRI, Bank Mandiri dan BCA mampu menghimpun dana murah yang banyak sehingga biaya dana rendah, karena mereka memiliki jaringan yang banyak dan teknologi maju. Dengan demikian nasabah bisa bertransaksi dimana saja. “Sementara di BMT ini ada handicap di koperasi pun tidak boleh ada e-money, kalau mau ada itu maka harus ikut bank. Padahal bread and butter dari lembaga keuangan adalah dari fee based transaksi,” tukas Aries.
Hal ketiga, BMT tidak bisa memberi hadiah besar kepada nasabah seperti laiknya bank. Aries mengemukakan karena bank bisa menekan biaya dana, maka memungkinkan untuk memberikan hadiah dalam nilai yang besar kepada nasabah. “Jadi margin tinggi di BMT itu karena tidak ada LPS, tidak bisa bertransaksi dimana saja dan tidak bisa memberi hadiah ke nasabah,” simpul Aries.
Di sisi lain, kurangnya permodalan juga membuat BMT memiliki margin bagi hasil yang tinggi. Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Euis Amalia, menyatakan BMT di Sumatera memerlukan akses permodalan lebih besar agar bisa memenuhi permintaan pembiayaan masyarakat. “Kalaupun ada akses pendanaan yaitu adanya biaya dana yang murah,” katanya. Baca: BMT di Sumatera Terhambat Permodalan
Dalam hasil penelitian kerjasama Otoritas Jasa Keuangan dan UIN Syarif Hidayatullah terungkap bahwa isu permodalan menjadi kendala kedua terbesar yang dihadapi BMT setelah sumber daya manusia. BMT mendapatkan permodalan dengan cara asosiasi sebesar 23 persen, informasi dari instansi 20 persen, hubungan personal 17 persen, pengajuan proposal tiga persen dan lain-lain enam persen.