Jangankan Indonesia, dunia juga tidak perlu perubahan tatanan kalau ekonomi syariah diterapkan.
Dalam gelaran “Sharia Economic Outlook”, di Aula Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Depok, seorang mahasiswi bertanya “Apakah jika ekonomi syariah di terapkan di Indonesia, tatanan negara harus dirubah?.”
Direktur Utama BNI Syariah Imam T Saptono, sang nara sumber pun menjawab dengan bijak pertanyaan mahasiswi tersebut. Menurut Imam, kita tidak sadar kalau sebenarnya mulainya bukan dari keuangan, tapi dari sila ke 4 Pancasila yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawarahan perwakilan.
“Jadi sejak kapan Indonesia nganut demokrasi langsung? Teman-teman nggak ada yang teriak, padahal jelas-jelas Pancasila-nya permusyawaratan perwakilan.Kemudian sila pertama “KeTuhanan Yang Maha Esa.” Artinya secara pasti tidak terjadi pertentangan dengan kekuangan syariah,” ujar Imam.
Kalau kemudian ditanya, apakah harus ada perubahan tatanan negara dengan penerapan ekonomi syariah? “Jangankan Indonesia, dunia tidak perlu perubahan tatanan kalau ekonomi syariah diterapkan. Cuma kita masalahnya paradigmanya yang salah,” tegas Imam.
Imam pun berpendapat, bahwa para mahasiswa yang hadir dan berkuliah di UI, pasti melalui jenjang pendidikan SD dan SMP . Ketika dalam ujian SD dan SMP ditanya apakah agama nenek moyang kita, aninesme dualisme? Berarti nenek moyang kita bukan nabi Adam.
Jadi lanjut Imam, kalau ditanya yang benar nilai seratus adalah apakah nenek moyang kita Tauhid? Karena nenek moyang kita adalah Adam.” Sejak kapan nenek moyang kita bukan Adam dan bukan Tauhid? Atau dengan kata lain sejak kapan ekonomi itu bukan ekonomi syariah?.
Yang ada sekarang menurut Imam, adalah ekonomi syariah yang dibelokkan. Jadi kalau toh ekonomi syariah diterapkan itu pada dasarnya pengembalikan yang ada sekarang kembali ke relnya, dan tidak perlu re-inviting the will.
“Jadi bukan berarti semua prinsip ekonomi yang dijalankan sekarang ini tidak sesuai prinsip syariah. Bukan. Tetapi banyak yang dibelokkan,” ujar Imam.
Karena pada dasarnya tegas Imam, asal muasal ekonomi yang diterapkan adalah ekonomi Tauhid, semua akad itu baik murahaba, musyaraka dan akad lainnya. Bahkan ada sebelum masa Rasul, dan itu sudah dijalankan oleh nabi-nabi terdahulu.
Lalu kenapa ini dibelokkan?. Ini menurut Imam, sama dengan cerita kita belajar sejarah tadi, sampai kita pun tidak sadar sekian puluh tahun tidak mengakui nenek moyang kita adalah agama Tauhid.
“Nah, sama dengan ekonomi yang sekarang sedang berjalan. Jadi saya rasa justru bukan perdebatan dalam artian jangankan tatanan Indonesia, dunia juga tidak perlu dirubah bahkan dikembalikan. Jadi yang nggak benar itu tatanan yang sekarang ini yang agak mencong-mencong,” pungkasnya.