Kegiatan di Pondok Pesantren Alam (PPA) Al Muhtadin di Desa Ciracap, Sukabumi.

DD Bangun Ketahanan Pangan Berbasis Masyarakat Pesantren

Optimalisasi potensi lokal dalam rangka antisipasi pandemic yang berkepanjangan menjadi konsen besar yang harus terus dibangun.  Mengembalikan budaya dan kearifan lokal di bidang pertanian dan peternakan berbasis komunitas masyarakat sangat penting untuk program berkelanjutan.

Dompet Dhuafa sebagai Lembaga pemberdaya melihat ini sebagai hal utama yang harus menjadi fokus pengembangannya.

Dalam rangka mengembangkan sumber daya pangan untuk kebutuhan pokok masyarakat, maka perlu dijalin kolaborasi besar yang berdaya saing kuat, agar tercipta peluang-peluang kemakmuran bagi mereka.

“Dompet Dhuafa sebagai lembaga pemberdaya berbasis pengelolaan dana ziswaf sangat mendukung pengembangan potensi masyarakat pesantren di pedesaan. Kita perlu mendukung dan mendorong terciptanya usaha-usaha yang mengarah pada pengembangan potensi ekonomi masyarakat. Sektor riil pertanian sebagai usaha dasar masyarakat Indonesia dan menjadi kebutuhan pokok sehari-hari harus terus dibudidayakan. Kondisi Pemberlakuan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat kita aktif di dunia digital, ini menjadi peluang berbagi ilmu dalam keseharian kita yang juga dapat menciptakan captive market bagi hasil produksi masyarakat.” tutur Guntur Subagja selaku Direktur Social Enterprise DD baru-baru ini di Sukabumi, Jawa Barat.

Dompet Dhuafa melalui Social Trust Fund (STF) bersama Ok Oce dan Pondok Pesantren Alam (PPA) Al Muhtadin baru-baru ini membangun sinergi Ketahanan Pangan di Desa Ciracap, Sukabumi, Jawa Barat, dalam masa pandemi ini sebagai Program Ketahanan Pangan yang berbasis Masyarakat Pesantren dan Petani Binaan. Sebagai solusi atasi dampak pandemic covid-19 di Desa.

“Kerjasama ini mencakup luas kurang lebih 50 ha sawah irigasi dengan 10 kelompok tani binaan. Dan setiap kelompok terdiri atas 10-20 KK. Dengan hasil maksimal per hektar dikisaran 6-7ton sekali panen dalam kurun 3 bulan. Sehingga dalam setahun bisa produksi 3 kali. Dengan asumsi 7ton x 50 ha x 3 kali, sekitar 1050 ton per tahunnya. Semuanya dikelola oleh para santri dan petani pemberdaya,” lanjut Guntur.

Dengan kolaborasi besar di tengah suasana pandemi akibat Covid-19 yang cukup panjang ini bisa menjadi solusi bagi masyarakat luas.

“Diharapkan dengan hasil produksi yang bagus dapat menciptakan lapangan kerja dan kemandirian ekonomi bagi masyarakat pedesaan,” demikian jelas Guntur.