Sebagai salah satu bentuk implementasi kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan, bank syariah dituntut cermat dalam menaksir dan menilai kemampuan nasabah. Tak hanya itu, bank syariah juga memiliki tugas untuk membina umat.
Penggiat sosial kemasyarakatan Tri Mumpuni, menilai dalam menyalurkan pembiayaan bank syariah harus mau kerja keras dengan melakukan penaksiran nasabah yang benar terhadap nasabah pembiayaan. “Ini mentalitas bangsa kita juga yaitu adanya distrust (ketidakpercayaan). Untuk menghindari orang yang suka bohong itu harus ada assessment dan appraisal yang benar terhadap orang yang akan meminjam. Ini kerja keras, kalau tidak mau kerja keras, jangan jadi bank syariah,” tukas Tri saat ditemui di sela-sela Milad BNI Syariah, beberapa waktu lalu.
Wanita yang menjadi perintis proyek pembangkit listrik mikrohidro di pelosok Indonesia ini menambahkan bentuk kerja keras bank syariah pun tak hanya dalam bentuk melakukan penaksiran terhadap nasabah pembiayaan, namun juga harus dapat mengedukasi umat untuk menjadi baik dan jujur. “Rizki itu ditanggung Allah tapi harus berbuat benar dan baik, tidak boleh menipu,” ujar Tri. Baca: Edukasi Keuangan Syariah Bidik Seluruh Lapisan Masyarakat
Tri menuturkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan jika yang paling membuat orang kaya adalah melalui jalan berniaga. “Berniagalah yang benar di jalan yang benar, jalannya Allah. Jadi kalau mau benar-benar syariah, harus mau bersusah payah membina umat juga agar menjadi umat yang trustable dan trustworthy (tepercaya),” jelas wanita wirausahawan sosial ini.
Di sisi lain, menurutnya, kegiatan perbankan syariah saat ini masih seperti bank konvensional karena belum ada rasa percaya di dalamnya. “Yang namanya syariah itu ada trust (rasa percaya), nah itu belum terjadi. Syariah itu seharusnya memunculkan trust, kalau untung dibagi sama, kalau rugi pun dibagi sama. Itu syariah dalam Islam yang benar ya, sepengetahuan saya,” ujar Tri. Baca: Ini Bedanya Bank Syariah dan Bank Konvensional!
Tri menilai bank syariah seharusnya mulai belajar prinsip profit sharing risk taking. “Kalau untung dibagi, kalau rugi dibagi jadi tidak menyusahkan nasabah. Kalau ada kesulitan harusnya bank ikut membantu tapi ini tidak, tetap saja disita asetnya nasabah,” cetus Tri, yang kembali menegaskan perlunya bank syariah benar-benar menerapkan profit sharing risk taking.