Asuransi mikro syariah ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah, supaya mereka bisa mengakses jasa keuangan secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya
Beberapa bulan terakhir ini, Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) sibuk melakukan pengenalan (pre launching) produk asuransi mikro syariah Si Bijak, yang merupakan produk bersama dari para anggota AASI, yang juga didukung penuh oleh OJK. Sebelum di-launching resmi oleh AASI nantinya, produk ini sendiri sudah banyak mendapatkan respons yang positif dari berbagai kalangan, karena dianggap sebagai produk yang inovatif dalam rangka memberikan kesadaran bagi masyarakat bawah terhadap sebuah produk keuangan syariah, dalam hal ini asuransi syariah.
Menurut Wakil Ketua Umum AASI – Erwin Noekman, latar belakang kehadiran produk Si Bijak ini adalah, layanan asuransi mikro syariah ini akan sangat membantu kelompok masyarakat marjinal dan berpendapatan rendah untuk melindungi diri dan aset yang dimilikinya.
“Tujuan penyediaan asuransi mikro syariah sendiri ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah, supaya mereka bisa mengakses jasa keuangan secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya,” jelas Erwin kepada MySharing di Jakarta.
Menurut Erwin Noekman, prospek program asuransi mikro syariah ini sendiri sangat besar, karena jumlah penduduk Indonesia sebanyak 238 juta, terdapat 143 juta yang masuk kategori masyarakat berpenghasilan rendah (di bawah $4 per hari). Bila menggunakan angka “pesimis” dari BPS, maka kategori masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan “hanya” 28 juta.
“Sambutan masyarakat terhadap produk asuransi mikro syariah Si Bijak ini sangat bagus. Mereka sangat antusias. Hal itu menandakan, bahwa masyarakat bawah sangat membutuhkan produk ini,” terang Erwin.
Produk asuransi mikro syariah Si Bijak itu sendiri, menurut Erwin, sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dan kelebihan produk ini antara lain adalah, mampu memberikan manfaat gabungan produk asuransi umum syariah dan asuransi jiwa syariah.
Namun Erwin Noekman sendiri mengakui, dari catatan yang disampaikan oleh para pelaku industri, masih terdapat beberapa tantangan dari pengembangan asuransi mikro syariah yang satu ini.
“Yang utama adalah minimnya pemahaman masyarakat mengenai manfaat mengenai asuransi, terlebih mengenai asuransi syariah (takaful). Jangankan kita bicara asuransi syariah, asuransi yang reguler saja mereka masih banyak yang belum tahu,” papar Erwin.
Selain itu, lanjut Erwin, masih terbatasnya manfaat yang bisa diberikan oleh produk asuransi mikro syariah ini dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat.
Disamping itu, kendala lainnya adalah, masih terbatasnya kapasitas perusahaan asuransi syariah terhadap potential loss, sehingga masih dibutuhkan capacity building.
Kemudian, belum terpenuhinya bilangan besar penutupan asuransi mikro syariah, sehingga biaya yang dibutuhkan belum efisien dan belum efektif[su_pullquote align=”right”]”Sambutan masyarakat terhadap produk asuransi mikro syariah Si Bijak ini sangat bagus. Mereka sangat antusias. Hal itu menandakan, bahwa masyarakat bawah sangat membutuhkan produk ini.”[/su_pullquote]
Berikutnya, “Lless prudent underwriting, karena asuransi mikro syariah ini harus menerapkan prinsip anti seleksi, sehingga meningkatkan moral hazard,” jelas Erwin Noekman.
Dan satu lagi, menurut Erwin adalah, produk asurnasi mikro syariah ini membutuhkan jalur distribusi yang tepat, supaya bisa menggarap potensi pasar yang terbuka.
Menurut Erwin Noekman, pihaknya dari AASI terus berusaha mengatasi berbagai tantangan di atas, dan produk asuransi mikro syariah ini masih terus disempurnakan pengembangannya, agar nantinya bisa benar–benar optimal didalam memberikan manfaatnya kepada kelompok masyarakat marjinal dan berpendapatan rendah, guna melindungi diri dan aset yang mereka miliki.