UUS BPD Kalsel menargetkan NPF dibawah lima persen.
Perekonomian yang melambat turut memengaruhi bisnis perbankan syariah, termasuk unit usaha syariah Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan (UUS BPD Kalsel). Hal tersebut pun turut berdampak pula pada meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF).
Kepala Divisi Bisnis Syariah BPD Kalsel Siti Yulian Noor mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia yang agak melambat turut memengaruhi rasio NPF UUS BPD Kalsel yang meningkat hingga di atas lima persen. “NPF sama dengan UUS lain, dengan kondisi ekonomi kayak begini NPF masih diatas lima persen, sekitar 9 persen,” katanya saat ditemui MySharing, pekan lalu.
Ia menambahkan, NPF per Agustus 2016 yang mencapai sembilan persen itu sudah turun dari sebelumnya yang sempat mencapai dua digit. Pihaknya pun terus berupaya menekan NPF hingga akhir tahun ini. “Ada perbaikan, dari konvensional ada juga tim yang akan membantu segala permasalahan. Target kami NPF bisa ditekan sampai dibawah lima persen,” cetus Siti.
Sebagian besar pembiayaan UUS BPD Kalsel disalurkan ke pembiayaan produktif dengan porsi sekira 60 persen. Selain pembiayaan produktif, UUS BPD Kalsel juga memiliki portofolio di sektor konsumtif hingga pembiayaan infrastruktur. Per Agustus 2016, UUS BPD Kalsel mencatat pembiayaan hampir Rp 500 miliar, aset Rp 600 miliar dan dana pihak ketiga Rp 200 miliar.
Berdasar Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan per Juli 2016, rasio NPF UUS di Indonesia tercatat sebesar 3,5 persen dari total pembiayaan sebesar Rp 63,5 triliun. Secara umum, industri perbankan syariah Indonesia memiliki rasio NPF sekira 4,8 persen dari total pembiayaan Rp 220,1 triliun.
60% pembiayaan Bank Kalsel Syariah adalah pembiayaan produktif Click To Tweet