Sukoso: Saya Kecewa dengan Pelayanan Bank Syariah

Ketika bank syariah itu membawa konsep Islam. Maka sumber daya manusia (SDM) harus dibekali dengan ilmu ekonomi syariah yang bagus, sehingga tidak mengecewakan nasabah.

sukoso
Prof. Ir. Sukoso, M.Sc.,Ph.D

Wakil Rektor Universitas Brawijaya Malang, Prof. Ir. Sukoso, M.Sc.,Ph.D menilai bahwa perbankan syariah itu bukan hanya sistemnya yang harus diterapkan semaksimal mungkin. Tapi menurutnya,  SDM  juga harus ditingkatkan. Apalagi SDM adalah ujung tombak kemajuan bank syariah. Sehingga  saat menghadapi nasabah dia harus paham betul akad-akad yang diterapkan dan memberi pemahaman yang  benar  agar mengerti apa kewajibannya selama menjadi nasabah.

“Ketika bank syariah itu membawa konsep Islam , maka tampilan SDM-nya juga harus wibawa dengan ilmu ekonomi syariah yang bagus. Karena nasabah kadang nggak ngerti apa yang diomongi, walaupun konsepnya syariah, dan akhirnya mereka kecewa, termasuk saya,”  kata Sukoso kepada MySharing, ditemui di area pameran halal di JI Expo, Kemayoran, Kamis pekan lalu.

Sukoso pun menceritakan pengalaman ketika menjadi nasabah bank syariah. Kisahnya terjadi dua tahun lalu, ketika ia akan ibadah haji ke Tanah Suci. Sukoso pun membuka rekening di bank negara berlabel syariah dengan tujuan untuk memudahkan setoran haji.

Namun ditengah perjalanan, ia lupa menyetor dikarenakan sibuk dengan berbagai kegiatan. Akhirnya, ia datang ke bank tersebut untuk membayar setoran. Alhasil kekecewaan yang ia dapatkan, lantaran karyawan bank syariah tersebut mengatakan kalau dirinya terkena penalti dan harus bayar  denda.

“Lah kan nggak boleh gitu, kalau namanya syariah. Kalau nasabah sudah kontrak dan lupa bayar cicilan, harusnya ditelepon diingatkan jangan didiamkan. Jangan kita  yang datang lalu dikatakan penalti kena denda karena bapak lupa. Ya saya kecewa dengan  pelayanan bank syariah tersebut,” tukas Sokoso.[su_pullquote align=”right”]“Nggak boleh bisnis itu mengambil kelemahan orang, apalagi ini sistem syariah. Setelah nasabah teken kontrak kerja sama, harusnya ada bagian servis lagi yang mengingatkan. Karena saya ini manusia tak sempurna, urusan saya juga banyak. Begitu pula mungkin dengan nasabah lainnya,”[/su_pullquote]

Meski  hatinya kecewa, Sukoso tetap menunaikan kewajibannya membayar semua cicilan dan denda. Namun ia tetap mengingatkan pada karyawan bank syariah itu agar ketika nasabah lupa langsung mengingatkan dengan menelepon. Karena menurutnya, harus ada sinergi mengingatkan kewajiban dan tanggungjawab. Apalagi sistemnya syariah, kalau dalam pikiran bisnisnya nanti nasabah kena penalti, lalu didiamkan. Berarti bank itu mengharapkan penalti dari nasabah.

“Nggak boleh bisnis itu mengambil kelemahan orang, apalagi ini sistem syariah. Setelah nasabah teken kontrak kerja sama, harusnya ada bagian servis lagi yang mengingatkan. Karena saya ini manusia  tak sempurna, urusan saya juga banyak. Begitu pula mungkin dengan nasabah lainnya,” ujarnya.

Intinya tegas Sukoso, untuk meredam kekecewaan nasabah adalah edukasi tentang ekonomi syariah harus secara mendalam diterapkan kepada SDM bank syariah. Jangan sekedar ganti kulit, tapi tampilannya juga harus wibawa. “Ya karena kadang karyawan bank syariah itu pindahan dari bank konvensional yang buat unit usaha syariah. Jadi ilmu mereka tentang ekonomi syariah masih minim,” pungkasnya.