Perbankan syariah harus menempuh process on goin process, tidak boleh saling menjelekan dan juga jangan langsung mengeruk keuntungan.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Watim MUI) Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA mengatakan, pengelolaan keuangan syariah harus intropeksi diri, tidak bijaksana menyorot atau menyalahkan pemerintah atau masyarakat.
Menurutnya, ibarat rumah makan, kalau kita tidak bisa menampilkan etalase menu yang mengiurkan para pelanggan. Bagaimana orang bisa keluar masuk di rumah makan itu? Jadi, tegas dia, perbankan syariah itu harus bisa menampilkan inovasi produk yang menarik bagi nasabahnya. ”Jangan sampai nanti, wah.. saya tidak mau menggunakan perbankan syariah, karena jauh lebih mahal daripada perbankan konvensional. Nah, kalau itu yang terjadi memang susah,” kata Prof. Nasaruddin.
Menurutnya, perbankan syariah sebagai lembaga keuangan syariah yang baru berkembang jangan langsung bermotivasi hanya profit oriented. “Terutama bank konvensional (yang merupakan induk dari bank–red) syariah jangan langsung orentasinya profit atau keuntungan, tanpa harus menghitung bahwa ini strategi perjuangan jangka panjang,” tukas Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Quran (PTIQ) ini.
- Diskusi Inspiratif Rabu Hijrah: “Sinergi Pentahelik Ekonomi Syariah Mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045”
- Pleno KNEKS 2024: Ekonomi Syariah Kekuatan Baru Menuju Indonesia Emas 2045
- CIMB Niaga Syariah Resmikan Pembukaan Syariah Digital Branch di Medan
- Adira Finance Syariah, Danamon Syariah & Zurich Syariah Gelar FPR2024 di Rangkasbitung
Perbankan syariah, lanjut dia, harus menempuh on going process. Jadi apa yang tidak bisa kita capai semuanya, jangan meninggalkan semua dan harus menghitung bahwa setiap langkah-langkah itu bisa saling mempengaruhi satu sama lain. Terpenting lagi, tegas Prof. Nasaruddin, sesama lembaga keuangan syariah, unit usaha syariah (UUS) itu jangan saling menjelek-jelekan.
“Persaingan itu boleh, tetapi jangan sampai memberikan stigma negatif terhadap saudara-saudaranya sendiri. Kan yang rugi secara total nanti adalah lembaga umat ini. Kan sayang umat Islam Indonesia terbesar di dunia, tapi kok kita tidak bisa memberi contoh, bahwa lembaga keuangan syariah Indonesia bisa menjadi figur negara-negara di dunia,” pungkasnya.