Ekonomi syariah mampu menjadi ekonomi secara keseluruhan dan mendorong kemitraan.
Ijtima’ Sanawi Dewan Pengawas Syariah (DPS) Lembaga Keuangan Syariah (LKS) ke 13 bertajuk “Peningkatan Kompetensi DPS Melalui Pengembangan Wawasan dan Standarlisasi Profesi Dalam Rangka Arus Baru Keuangan Syariah”.
“Jadi sekarang keuangan syariah juga termasuk arus baru ekonomi Indonesia,” kata Ketua Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) KH.Ma’ruf Amin pada acara Ijtima’ Sanawi DPS LKS di Hotel Millenia, Jakarta, Kamis (2/11/2017).
Menurut Ma’ruf, keuangan syariah sebagai salah satu penggerak ekonomi syariah akan sangat menentukan perkembangan keuangan syariah kedepan.Ekonomi syariah itu pilar utama arus baru ekonomi Indonesia.
- Diskusi Inspiratif Rabu Hijrah: “Sinergi Pentahelik Ekonomi Syariah Mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045”
- Pleno KNEKS 2024: Ekonomi Syariah Kekuatan Baru Menuju Indonesia Emas 2045
- CIMB Niaga Syariah Resmikan Pembukaan Syariah Digital Branch di Medan
- Adira Finance Syariah, Danamon Syariah & Zurich Syariah Gelar FPR2024 di Rangkasbitung
Dikatakan dia, ekonomi syariah, mampu menjadi ekonomi secara keseluruhan dan mendorong kemitraan kerjasama antara pengusaha besar dan kecil.
Kedepan ekonomi Indonesia ini ditandai oleh hadirnya tiga hal utama. Yaitu, pertama, ungkap Ma’ruf, lahirnya Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang diketua langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Kedua, pencanangan Jakarta sebagai pusat ekonomi syariah dunia,” ujar Ketua Umum MUI, ini.
Adapun ketiga adalah arus baru ekonomi Indonesia yang didukung oleh ekonomi syariah yang penggerak LKS baik itu perbankan syariah, Industri Keuangan Syariah Non Bank (IKNB Syariah), maupun pasar modal syariah.
Disampaikan lebih lanjut, arus baru ekonomi Indonesia juga merupakan momentum perubahan paradigma ekonomi yang semula lebih banyak menggunakan pendekatan dari atas ke bawah (top down).Tapi, dalam waktu mendatang akan lebih melakukan pendekatan dari bawah ke atas (buttom up).
Kedepan ekonomi nasional diperkuat oleh ekonomi umat bukan seperti sebelumnya dikuasai oleh sekelompok konglomerat.”Potensi besar tapi marketnya masih kecil. Jadi sekarang bagaimana mengubah riil market menjadi potensial market,” imbuhnya.
Ma’ruf berharap arus baru ekonomi Indonesia bisa meningkatkan pemberdayaan ekonomi umat. Ini menurutnya, karena umat Muslim Indonesia adalah populasi terbesar dari bangsa ini yakni 90 persen.Karena itu, kalau umat kuat, bangsa ini kuat. Sebaliknya kalau umat lemah maka bangsa ini lemah.
Karena itu menurutnya, ara tema dalam Ijtima’ Sanawi ini, untuk penguatan atau pemberdayaan ekonomi umat. Dan diharapkan ekonomi syariah jadi pilar utama arus baru ekonomi Indonesia.
Menurutnya, dalam kongres ekonomi umat yang digelar MUI di Grand Hotel Sahid belum lama ini, presiden Jokowi mengatakan akan membangun umat dengan distribusi aset dan kemitraan antara konglomerat dan masyarakat dalam berbagai komoditi.
Distribusi aset, jelasnya, mengandung arti bahwa presiden akan mengumpulkan tanah yang tidak dimanfaatkan baik itu milik negara maupun konglomerat. Presiden mengatakan ditangan beliau sudah ada 12, 7 juta hektar tanah yang akan dibagikan kepada masyarakat. Tanah tersebut bisa digunakan untuk pembangunan pondok pesantren, koperasi, lahan usaha, pertanian, dan lainnya.
“Jadi, mari bung rebut kembali aset umat yang sudah hilang itu. Seperti halnya warung-warung yang rubuh diganti maraknya mart-mart asing. Diharapkan kedepan lebih marak mart basballah, Gontor Mart, Ireng Mart, dan mart Islami lainnya, ” tukas Ma’ruf.
Untuk merebut aset itu, lanjut dia, yang harus diangkat oleh arus baru ekonomi Indonesia dengan kebijakan keberpihakan pemerintah kepada umat.
“New Economic Policy, dalam rangka mempercepat tumbuh ekonomi syariah,” ujarnya.
Kebijakan ini, lanjut dia, juga untuk penentuan dan membenahi peraturan pemerintah yang dinilai menghambat percepatan ekonomi syariah.
“MUI tidak masuk, hanya mendorong, merangkul, dan menarik,” tegas Ma’ruf.
Mendorong, jelas dia, mengandung makna mendorong umat supaya punya kemauan keras untuk membangun ekonomi. Sedangkan merangkul. Yakni, MUI merangkul pemerintah untuk membenahi kebijakan-kebijakan yang mendorong tumbuhnya kekuatan ekonomi masyarakat.
Adapun menarik. Menurut Ma’ruf, yakni MUI menarik konglomerat supaya masuk didalam gerakan pemberdayaan ekonomi umat.
Menurutnya, apabila pemerintah komitmen terhadap kebijakan, maka dipastikan Indonesia dapat menjadi pemain di pasar ekonomi syariah yang memiliki prospek cerah.
Oleh karena itu, selain Indonesia menjadi potensial market jumlah penduduk Muslim yang terbesar, juga karena ekonomi syariah menduduki manfaat ekonomi bagi para pelaku usaha. “Ini momentum emas, golden momen,” pungkas Ma”ruf.