Total dana yang sudah dihimpun Bank Syariah Bukopin (BSB) mencapai 50 persen.
Direktur Bisnis Bank Syariah Bukopin (BSB) Aris Wahyudi mengatakan, program undian Tabuhan Berkah SiAga Berhadiah terbukti mampu mendongkrak perhimpunan dana murah dalam bentuk tabungan hingga September 2016 mengalami kenaikan 11 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
“Target kami di akhir periode bisa sampai Rp 300 miliar. Sekarang total dana yang dihimpun sudah mencapai 50 persen dari target awal, yaitu sekitar Rp 150 miliar,” ujar Aris ditemui usai penarikan undian tabungan berhadiah periode II di kantor Pusat BSB, Jakarta, Jumat pekan lalu.
Aris menjelaskan, secara keseluruhan pertumbuhan tabungan BSB tumbuh sebesar 10,59 persen secara year to year (yoy) menjadi Rp 672,63 miliar. Sedangkan jumlah akun yang terdata (number of account/NOA) berjumlah 18.000.
Hingga akhir September 2016, total aset BSB naik 25,6 persen menjadi Rp 6,68 triliun. Adapun dana pihak ketiga (DPK) mengalami kenaikan 25 persen yaitu senilai Rp 5,43 triliun.
“Laba BSB sampai akhir September 2016 mengalami kenaikan 81,84 persen dengan nilai Rp 45,82 miliar. Pembiayaan juga meningkat 24 persen menjadi sebesar Rp 4,77 triliun,” jelas Aris.
Faktor yang menjadi pendorong dalam meningkatan laba BSB, dikatakan Aris, adalah ekspansi dan tetap berkomitmen untuk menjalankan penyelesaian pembiayaan bermasalah.
“Efektivitas rate juga kita jaga, dan NPF kita sampai September 2016 turun menjadi 2,69 persen dibandingkan September 2015 yang mencapai 2,99 persen. Diharapkan sampai akhir 2016, NPF kita bisa menyentuh angka 2,5 persen,” ungkap Aris.
Lebih lanjut Aris menyampaikan, hingga saat ini BSB tetap fokus untuk memberikan pembiayaan di sektor pendidikan dan kesehatan. Sementara itu, pembiayaan untuk perdagangan maupun yang terkait dengan daya beli masyarakat dilakukan secara selektif.
Bank Syariah Bukopin fokus pasarkan KPR ke karyawan Click To TweetDemikian halnya dengan pembiayaan KPR, BSB pun fokus pada masyarakat yang memiliki penghasilan tetap seperti karyawan. “KPR, kita lebih fokus ke karyawan, dengan nilai rumah di bawah Rp 1 miliar. Rumahnya pun rumah pertama ya, karena kalau rumah kedua lebih riskan,” pungkasnya.