Kuartal I 2017, Laba BNI Syariah Naik 3,72 Persen

Pertumbuhan laba didorong pembiayaan sebesar Rp 17, 83 persen dan dana pihak ketika (DPK) 22,38 persen.

PT Bank Negara Indonesia Syariah (persero) atau BNI Syariah pada Kuartal I 2017 membukukan laba bersih sebesar Rp 77,64 miliar tumbuh 3,72 persen dari periode yang sama tahun lalu (year on year).

“Pertumbuhan laba ini didorong oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 17, 83 persen dan pertumbuhan dana pihak ketika (DPK) sebesar 22,38 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya,” ujar Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo pada paparan Kinerja BNI Syariah Kuartal I 2017 di Kantor BNI Syariah, Jakarta, Kamis (20/4).

Direktur Bisnis Konsumer BNI Syariah, Dhias Widiyanti mengatakan, kenaikan laba masih belum maksimal, karena siklus pertumbuhan perbankan yang masih melambat di awal tahun. Artinya, pembiayaan jangka panjang seperti proyek pemerintah masih belum cair ditambah penyaluran kredit ke segmen korporasi yang belum pesat.

“Pada kuartal I memang dari sisi pembiayaan juga belum optimal. Jadi mesin produksi kami untuk penghasil laba belum optimal,”tutur Dhias.

Selain itu, anak usaha syariah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) ini berencana mengalokasikan pencadangan mencapai Rp 145 miliar guna menekan laju pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF). “Di triwulan I 2017, kami siapkan Rp 145 miliar untuk cadangan, sebagai bantalan kami menekan NPF,” kata Dhias.

Adapun pertumbuhan DPK, kata Dhias, meningkat 23,38 persen yoy atau tumbuh Rp 4,89 triliun menjadi Rp 25,8 triliun dengan rasio tabungan dan giro (CASA) sebesar 47,39 persen dari total DPK.  Komposisi tabungan perseroan yaitu 53 persen deposito, 38 persen tabungan dan 9 persen giro.

Untuk pertumbuhan DPK, didominasi oleh pertumbuhan tabungan yang mencapai 29,78 persen. Hal ini dikarenakan banyaknya variasi tabungan di BNI Syariah. Hal ini dikarenakan banyaknya variasi tabungan di BNI Syariah. Adapun, pertumbuhan tertinggi kedua disumbang giro sebesar 29,67 persen yoy. Sejauh ini giro terbesar disumbang oleh Kementerian Agama (Kemenag) serta nasabah produktif.

Hal ini disebabkan perseroan mensyaratkan fasilitas pembiayaan produktif dari BNI Syariah harus bisa menyalurkan transaksi keuangan secara proporsional melalui BNI Syariah. “Ini salah satu Strategi BNI Syariah untuk menjadi transactional banking,” ujar Dhias.

Menurutnya, adapun total pembiayaan yang disalurkan BNI Syariah pada triwulan pertama 2017 sebesar Rp 21,26 triliun. Dari total tersebut penyaluran pembiayaan terbesar merupakan pembiayaan konsumtif 56,1 persen disusul pembiayaan produktif atau usaha kecil menengah (SME) 21,07 persen,  pembiayaan komersial 17,73 persen, pembiayaan mikro 3,6 persen diluar konsumtif, dan pembiayaan kartu Hasanah Card 1,59 persen.

“Pencapaian kinerja bisnis tersebut tetap memperhatikan kualitas pembiayaan di mana NPF triwulan pertama 2017 berada di level 3,16 persen,” pungkas Dhias.