BNI Syariah masih menunggu keputusan induk usaha dalam menjalankan initial public offering (IPO).
Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano mengatakan untuk menjalankan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), BNI Syariah masih menunggu keputusan induk usaha.
Dinno menegaskan, adanya IPO akan menambah modal BNI Syariah dan menjaga posisi rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR). “ Sebelumnya domain induk, BNI Syariah memang butuh modal. Untuk jaga CAR BNI Syariah yang saat ini masih di posisi 15 persen,” kata Dinno, ditemui usai seminar bertajuk “ Digitalisasi dan Kesehataraan Perbankan Syariah,” di Jakarta Convention Centre (JCC), Jumat pekan lalu.
Menurutnya, penambagan modal atau realisasi IPO, menjadi salah satu target perusahaan yang harus dilakukan. Tujuannya agar ekspansi bisnis bisa terlaksana di masa mendatang.
“Kami kembalikan ke BNI sebagai induk kami. Mau setor modal kita, apa jual (IPO). Yang pasti kita butuh modal,” tegas Dinno.
Lebih lanjut dia menyampaikan, bahwa langkah IPO dilakukan untuk menahan posisi CAR yang setiap tahunnya minimal tergerus 2-2,5 persen. Paling cepat perseroan butuh modal pada 2016 atau 2017. Kalau tidak dapat modal, perseroan akan go public.
Dinno mengaku bahwa perseroan pernah disuntik dana oleh induk sebesar Rp 500 miliar. Namun lanjut dia, pada saat ini posisi CAR perseroan berada di level 18,5 persen. Adapun CAR dalam rencana bisnis bank (RBB) di tahun ini mencapai 15 persen, dengan posisi pertumbuhan bisnis di level 25 persen.
“Pertumbuhan bank syariah yang terus meningkat, bakal menggerus CAR perseroan terus menerus, Ini sudah terlihat setiap tahunnya,” pungkasnya.