Investasi di Reksa Dana Pasar Uang, Perhatikan Tiga Hal Ini!

Tingkat risiko reksa dana pasar uang sangat rendah.

Bagi investor pemula disarankan untuk memulai investasi di reksa dana pasar uang. Lalu, hal apa sajakah yang perlu diperhatikan ketika ingin berinvestasi di reksa dana pasar uang? Menurut Presiden Direktur CIMB Niaga Principal Asset Management Ridwan Soetedja, dalam berinvestasi di reksa dana pasar uang harus melihat dari tingkat suku bunga dan inflasi.

Hal tersebut dikarenakan alokasi investasi reksa dana pasar uang ditempatkan di deposito dan obligasi. “Untuk investasi reksa dana pasar uang harus memerhatikan tingkat suku bunga dan inflasi baik di Indonesia maupun di luar negeri, apalagi The Fed kabarnya mau menaikkan suku bunganya,” katanya ditemui usai kerja sama Bukalapak dan Bareksa, Kamis (19/1).

Ia memproyeksikan, untuk suku bunga di dalam negeri pun tampaknya akan tetap berada di level sekarang. Bank Indonesia pun telah memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,75 persen. “Kemungkinan untuk turun agak kecil karena tahun ini The Fed akan menaikkan suku bunga dan inflasi sedikit lebih tinggi dari tahun lalu, jadi membuat suku bunga tetap di level sekarang. Kemungkinan suku bunga untuk lebih turun kecil sekali,” jelas Ridwan.

Ridwan juga menyadari bahwa sebagian besar investor yang masuk di pasar modal adalah investor awam, maka produk reksa dana pasar uang menjadi pilihan produk pertama investor. Oleh karena itu, pengelolaan dananya pun sangat memerhatikan faktor risiko. Di reksa dana pasar uang, alokasi investasi hanya di deposito dan obligasi dengan tenor maksimal 1 tahun yang risikonya rendah.

“Semua investasi ada risiko sehingga untuk reksa dana pada umumnya ada risiko, utamanya risiko di portofolio itu sendiri seperti reksa dana saham risikonya lebih tinggi karena portofolio saham yang fluktuasinya tinggi. Jadi faktor risiko sangat penting, maka kami akan jaga risikonya dari sisi volatilitas dan risiko instrumen yang kami investasikan tidak terlalu tinggi,” paparnya.

Ia pun menyontohkan, risiko yang bisa saja terjadi saat investasi di reksa dana pasar uang adalah ketika kinerja obligasi yang dikeluarkan suatu perusahaan ternyata tidak baik, sehingga tidak mampu membayar kupon atau saat jatuh tempo tidak mampu membayar dan perlu direstrukturisasi. “Namun, reksa dana pasar uang risikonya paling kecil karena hanya ditempatkan di instrumen keuangan obligasi korporasi jangka pendek dan deposito,” tegas Ridwan.