Banyak yang mengira imbal hasil sukuk lebih mahal dibanding obligasi konvensional.
Direktur – Head of Debt Syndicate CIMB Sekuritas Anung R Hascaryo mengatakan, pada dasarnya penentuan imbal hasil sukuk yang diberikan kepada investor tergantung pada kondisi pasar saat itu. Namun, bukan berarti imbal hasil sukuk lebih mahal dibanding obligasi konvensional.
“Secara historis kalau diperhatikan nilai kupon sukuk dan obligasi konvensional itu sama saja, akan ikut perkembangan pasar,” katanya dalam Workshop Peranan Sukuk dalam Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan dukungan Kedutaan Besar Inggris, Kamis (3/3).
Ia menjelaskan dengan kemampuan instrumen sukuk yang tak hanya bisa menjaring investor syariah, tapi juga investor konvensional, membuat basis investor sukuk menjadi lebih luas. Dengan demikian berpotensi untuk memberikan pricing yang lebih kompetitif dibanding obligasi konvensional. “Dengan kita bisa men-tap dua jenis investor, permintaan akan sukuk bisa tercipta lebih banyak, sehingga berpotensi untuk nilai kuponnya bisa lebih turun sesuai kebutuhan emiten,” ujar Anung.
Anung menambahkan dengan suku bunga BI yang turun pada bulan lalu menjadi 7 persen juga membuat imbalan sukuk dan obligasi konvensional akan mengikuti arah kebijakan tersebut. “Kalau BI rate turun mestinya ekspektasi investor terhadap kupon atau imbalan sukuk akan ikut juga,” pungkasnya.
Dibanding obligasi korporasi, sukuk korporasi tumbuh lebih pesat Click To TweetSampai akhir 2015 outstanding sukuk korporasi tercatat sebesar Rp 9,9 triliun dari 47 sukuk. Dibanding obligasi korporasi, sukuk korporasi tumbuh lebih pesat. Pada 2015 sukuk korporasi tumbuh 39,05 persen, sedangkan pada 2014-2015 obligasi korporasi tumbuh 7,73 persen. Namun, dari sisi pangsa pasar sukuk korporasi masih rendah yaitu sebesar Rp 3,95 persen.