BSM Kelola Dana Haji Dengan Amanah

Dipercaya sebagai bank yang mengelola dana haji dalam jumlah terbesar, BSM berusaha menjalankan pengelolaan dana haji tersebut dengan amanah dan penuh kehati-hatian.

Direktur Keuangan dan Strategi BSM - Agus Dwi Handaya (tengah).
Direktur Keuangan dan Strategi BSM – Agus Dwi Handaya (tengah).

Sebagai bank umum syariah (BUS) terbesar di Indonesia, Bank Syariah Mandiri (BSM) memang mendapatkan kepercayaan sebagai bank syariah dengan pengelolaan dana haji yang terbesar. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi BSM untuk mengelola dana haji tersebut dengan baik dan amanah.

“Secara besarannya, alhamdulillah BSM memang mendapatkan kepercayaan yang paling besar untuk mengelola dana haji. Dari total dana haji yang dikelola oleh Kemenag sebesar Rp 75 triliun sampai hampir Rp 80 triliun, dana haji yang ditempatkan di BSM berkisar 22%-23%-nya. Memang cukup dominan,” demkian dijelaskan Direktur Keuangan dan Strategi BSM – Agus Dwi Handaya baru-baru ini di Jakarta.

Menurut Agus Dwi Handaya, dengan dukungan kelolaan dana haji ini yang cukup besar tersebut di atas, maka BSM secara likuiditas FDR-nya bisa di-maintneance pada angka 85%, bahkan sebelumnya BSM bisa mencapai FDR mendekati 80%.

Namun demikian, meskipun dipercaya mengelola dana haji yang cukup besar, menurut Agus Dwi Handaya, pihaknya tidak secara jor-joran memanfaatkan potensi dana haji ini. BSM menurut Agus, sangat selektif dan penuh kehati-hatian mengelolanya, guna menjaga amanah yang diberikan kepada pihak BSM.

“Karena kita belum bisa terlalu agresif di pembiayaan, maka kami me-manaje juga dana yang kami terima, termasuk dana haji dengan selektif,” jelas Agus Dwi Handaya lagi.

Ketika ditanyakan kepadanya tentang sektor-sektor mana saja kemana dana haji tersebut ditempatkan, Agus Dwi Handaya lalu menjelaskan, bahwa saat ini industri perbankan sangat selektif didalam memilih sektor yang akan dibiayai, termasuk juga BSM.

“Ke sektor mana dana haji kita placement? Kita melihat industri perbankan akan tumbuh selektif. Karena beberapa sektor terkait dengan komoditi ‘kan menurun, sehingga kita tidak masuk ke sana, seperti batu bara, atau karet yang harganya turun cukup tajam,” papar Agus Dwi Handaya.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Agus Dwi Handaya, pembiayaan BSM banyak masuk ke sektor ril, seperti rumah sakit, dan juga lembaga-lembaga pendidikan.

“Kami juga masuk ke sektor perkebunan, seperti perkebunan sawit yang harganya dalam rupiah masih bagus. Selain itu, kami juga masuk ke beberapa sektor yang terkait perdagangan, dan juga logistik,” jelas Agus Dwi Handaya lagi sambil menutup pembicaraan.