Volume pasar uang syariah masih berada di bawah Rp 1 triliun.
Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Muhammad Anwar Bashori menuturkan, volume pasar uang syariah saat ini masih kecil karena kebutuhannya pun masih minim. Namun, jika nantinya semakin banyak instrumen yang bisa ditransaksikan secara repo dan pelakunya semakin banyak, ia optimis pasar uang syariah akan semakin berkembang.
“Kalau ini pelan-pelan nanti SBSN ada, reponya macam-macam sudah bisa, bank konvensional dengan bank syariah, itu akan pelan-pelan besar. Karena kalau semakin besar, itu akselerasi otomatis pembiayaan syariahnya akan tinggi,” jelas Anwar.
Saat ini kerja sama repo syariah baru dilakukan secara bilateral. Namun, ke depannya Anwar berharap Global Master Repurchase Agreement (GMRA) untuk repo syariah dapat hadir. “Kalau general, semua orang ini sama-sama sepakat, kalau kurang likuiditas pakai sistem ini ya, disepakati semua. BI akan memfasilitasi pertemuan semuanya ini, supaya GMRA bisa dilakukan,” tukasnya.
Menurut dia, setidaknya ada empat indikator pendalaman pasar, yaitu bertambah dari sisi pelakunya, frekuensi, volume dan instrumennya. Pada pekan lalu, baru dua bank yang menjalin kerja sama repo syariah yaitu Bank Muamalat dan Bank Bukopin.
“Ini sudah nambah instrumennya yaitu SBSN, meski pelakunya baru dua. Nanti kalau mulai ada GMRA, pelakunya nambah banyak. Logikanya volumenya akan nambah. Kalau sudah banyak, sehari bisa lebih dari sekali frekuensinya,” pungkas Anwar.