Perhimpunan dana abadi untuk memfasikitasi pendidikan mahasiswa kurang mampu, adalah melalui investasi reksa dana dari para investor.
Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) atau HA-IPB melalui Yayasan Alumsi Peduli IPB akan menyiapkan dana abadi untuk mendanai ribuan mahasiswa yang kurang mampu.
Pengumpulan dana abadi dari Alumni IPB dilakukan berbarengan dengan softlaunching Yayasan Alumni Peduli IPB di Graha Niaga Sudirman, Jakarta, pada Rabu (22/2) kemarin. “Ini sangat penting, sebab kelalaian dalam memfasilitasi pendidikan kepada rakyat dapat menutup masa depan bangsa. Kami tak ingin terjadi pada adik-adik kami para mahasiswa IPB,” kata Ketua Yayasan Alumni Peduli IPB Fathan Kamil.
Menurut Fathan, saat ini metode sumbangan secara reguler telah ditinggalkan, dan hanya mengandalkan sumbangan yang bersifat tidak reguler. Namun, yayasan tetap memerlukan sumber dana yang berkelanjutan untuk mendanai program-program beasiswa dan pengembangan kapasitas mahasiswa IPB.
- Pleno KNEKS 2024: Ekonomi Syariah Kekuatan Baru Menuju Indonesia Emas 2045
- KB Bank Syariah Sukses Pertahankan Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings
- Layanan Nasabah di Kantor Cabang Bank Muamalat Langsa, Aceh
- Zurich Syariah Dukung Perayaan 2 Dekade Java Jazz Festival dengan Perlindungan Ekstra Ribuan Pengunjung
Karena itu, lanjut Fathan, kini Yayasan Alumni Peduli IPB menggunakan sistem dana yang akan menggalang modal dari para investor agar mereka bisa ikut membantu pembiayaan pendidikan secara terus menerus melalui berbagai investasi reksa dana yang dijalankan “Buah atau laba dari investasi itulah, yang akan digunakan untuk membiayai program-program Yayasan Alumni Peduli IPB. Adapun pokok modalnya akan tetap menjadi milik para investor,” jelas Fathan dalam keterangan resminya yang diterima MySharing, Kamis (23/2).
Menurut Fathan, ada empat alasan mengapa yayasan memilih sistem Reksa Dana dalam pengelolaan dana abadi pendidikan. Pertama, Investasi Hasanah adalah sesuai prinsip syariah. Karena hanya berinvestasi di sukuk atau pasar uang syariah dengan pengawasan regular dari Dewan Pengawas Syariah.
Kedua, adalah faktor keamanan. Menurut Fathan, Reksa Dana Generasi Gemilang telah terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta dikelola oleh manager investasi yang profesional.
Ketiga, yaitu alasan transparansi dimana dalam program reksa dana ini ini ada bank kustodian yang berfungsi untuk mengelola administrasi dan menyimpan dana investasi. Dan keempat adalah fleksibel.”Reksa dana ini, investasi dapat dicairkan kapan saja tanpa dikenakan biaya,” ujar Fathan.
Selain itu, lanjut dia, investasi ini bisa memilih beberapa paket program yang bisa diambil sesuai dengan keinginan investor terutama dengan imbal hasil dan sharing management fee. Diantaranya, ada paket Ebony yang memberikan 100 persen pokok dan hasilnya bagi pendidikan atau paket Cendana yang hanya memberikan 100 persen hasilnya bagi pendidikan.
Ada juga program Gadura yang membagi 50 persen hasilnya, atau juga program Jati yang hanya memberikan sharing management fee.
”Itu pilihannya, terserah kepada investor saja. Kita akan melayani sesuai dengan keinginan mereka. Namun, yang jelas konstribusi Anda bagi pendidikan dapat dilakukan tanpa mengurangi dana modal awal Anda sebagai investor. Namun, bisa diberikan kepada generasi gemilang di Indonesia,” papar Fathan.
Dalam program ini disetiap kenaikan dana kelolaan Rp 10 miliar akan memberikan konstribusi sekitar Rp 75 juta pertahun. ”Ini berarti juga telah memberikan masa depan kepada lima orang mahasiswa dalam bentuk beasiswa,” jelas Fathan.
Terkait dengan program beasiswa, antara lain adalah program beasiswa reguler yang diperuntukkan bagi mahasiswa program sarjana (S1), beasiswa unggul yang diperuntukkan bagi mahasiswa program sarjana (S1) yang telah menerima perkembangan prestasi. Selain itu, terdapat pula program Technology for Indonesia, kewirausahaan sosial, workshop dan couching, serta pelatihan kepemimpinan.
Sebagaimana diketahui, IPB menyandang julukan “Kampus Rakyat”, karena kayanya disvertasi mahasiswa yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia. Namun disayangkan 70 persen dari mahasiswa IPB ternyata masih hidup dibawah standar kelayakan. Orangtua mereka mayoritas memiliki penghasilan dibawah Rp 3 juta, dan banyak pula dari mereka tidak dapat melanjutkan studinya karena kekurangan dana. “Kelalaian dalam memfasilitasi pendidikan kepada rakyat dapat menutup masa depan bangsa,” tegas Fathan.