Bangun Ekonomi Umat, BTPN Syariah Fokus Pembiayaan Masyarakat Prasejahtera

[sc name="adsensepostbottom"]

Jaminannya hanya muka, tidak perlu STNK Motor atau surat rumah.

Bank BTPN Syariah akan fokus membangun ekonomi umat melalui pemberdayaan perempuan. Segmen penyaluran pembiayaannya pun sebanyak 70 persen menyasar para pelaku supermikro atau masyarakat prasejahtera produktif.

Direktur Utama BTPN Syariah, Ratih Rachmawaty mengatakan, perseroan akan fokus membangun ekonomi umat melalui pemberdayaan perempuan.Segmen pembiayaannya pun sebangak 70 persen menyasar pelaku supermikro atau masyarakat prasejahtera produktif.

“Apabila ibu terberdaya, maka keluarga juga ikut terberdaya. Visi kami menjadi bank syariah terbaik untuk keuangan inklusif dan mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia,” ujar Ratih di Jakarta akhir pekan lalu.

Ratih menjelaskan, setiap nasabah supermikro hanya bisa mendapatkan pembiayaan sebesar Rp 2 juta per orang. Skema peminjamannya pun cukup mudah karena bank tidak meminta jaminan apa pun. “Jaminannya hanya muka. Selama mukanya terus bertemu dengan karyawan kami ya kami sudah senang membuat mereka jadi nasabah kami. Kami nggak tanya, punya STNK motor atau sertifikat rumah atau nggak,” ungkapnya.

Dikatakan dia, bahwa BTPN Syariah tidak perlu menanyakan jaminan sebab yang disasar memang masyarakat unbankable. Karena kalau punya sertifikat seperti itu berarti bankable, bagi BTPN Syariah selama mau usaha, akan dibantu dan dilayani.

Berdasarkan penelitian Kuantatif Synovate pada 2008, sebanyak 71 persen orang belum pernah meminjam dari bank. Sebanyak 34 persen mengaku tidak meminjam di bank karena prosesnya rumit, lalu 28 persen lainnya mengaku tidak punya uang. Maka dari itu, kata Ratih, BTPN Syariah berusaha mempermudah nasabah unbankable di seluruh Indonesia untuk mendapatkan pembiayaan.

Ratih menyebutkan, biasanya para nasabah menggunakan pinjaman tersebut untuk menjalankan industri rumah tangga, seperti membuat telur asin, keset dari kain perca, dan lainnya. Jadi selain memberikan pembiayaan pada mereka, perseroan juga membuka tabungan untuk mereka dan tidak ada biaya administrasinya. “Kita kasih pembiayaan dulu, kalau uangnya bertambah maka nabunglah mereka,” ujarnya.

Para nasabah, lanjut Ratih, juga bisa mendapatkan tambahan pembiayaan setelah satu tahun. Apabila di tahun pertama mendapat Rp 2 juta, maka di tahun berikutnya bisa memperoleh maksimum Rp 4 juta. Meski nasabah mampu meminjam lebih dari Rp 4 juta, namun BTPN Syariah tetap akan memberikan pembiayaan maksimum Rp 4 juta.

“Tujuannya untuk mengajarkan nasabah agar uang tetap digunakan di jalur yang benar. Berkat strategi tersebut, rasio pembiayaan bermasalah BTPN Syariah saat ini terjaga di 1,7 persen. Angka itu jauh lebih kecil dari rata-rata industri,” tuturnya.

 

Dalam penyaluran pembiayaan ini, sebanyak 12 ribu karyawan BTPN Syariah lulusan SMA di seluruh Indonesia mendatangi nasabah setiap dua pekan sekali. Para karyawan yang disebut Melati Putih Bangsa itu juga mendampingi para nasabah dalam bertransaksi maupun edukasi.

Ratih berharap ke depannya semakin banyak pelaku supermikro yang menerima pembiayaan. Sekarang kata Ratih,  BTPN Syariah sudah mempunyai 2,8 juta nasabah, kalau secara total dari 2010 yang sudah menjadi nasabah sekitar empat jutaan. “Total aset kita juga sekitar Rp 8 triliun,” pungkas Ratih.

[sc name="fblike"]