Pertanian organik dinilai selaras dengan nilai-nilai perbankan syariah.
Pertanian adalah salah satu sektor yang menjadi program prioritas pemerintah. Penyaluran pembiayaan ke sektor tersebut pun terus didorong, termasuk kepada perbankan syariah. Dalam waktu dekat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun akan menerbitkan buku panduan perbankan syariah tentang pertanian organik.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Mulya Effendi Siregar mengatakan, pihaknya telah membentuk sebuah kelompok kerja yang membahas peluang pembiayaan pertanian organik di perbankan syariah. “Tahun ini kami coba untuk pertanian organik agar bisa dibiayai bank syariah karena ternyata pertanian organik itu tidak ribet,” tukasnya dalam Seminar Turn Around Industri Keuangan Syariah Berjalan Di Tengah Kelesuan Ekonomi, Jumat (30/9).
Menurutnya, pengelolaan tanaman organik cukup mudah dengan bantuan perkembangan teknologi. “Di pertanian organik ini musuhnya cuma satu, yaitu mafia pupuk dan pestisida,” ujar Mulya. Hingga Juli 2016, pembiayaan perbankan syariah ke sektor pertanian baru sekira 3,5 persen dari total penyaluran pembiayaan.
Mulya menambahkan, nantinya output dari tim pokja pertanian organik akan menghasilkan sebuah buku panduan tentang bagaimana bank syariah bisa melakukan pembiayaan terhadap pertanian organik. Buku tersebut akan diluncurkan pada 1-2 Desember 2016 berbarengan dengan pelaksanaan International Sustainable Finance Conference di Bali.
“Itu khusus buku panduan buat bank syariah karena menurut komunitas pertanian organik mereka rahmatan lil alamin, sementara bank syariah juga seperti itu, maka kami kawinkan keduanya,” katanya. Berdasar Statistik Perbankan Syariah OJK per Juli 2016, pembiayaan pertanian perbankan syariah baru sebesar Rp 7,7 triliun dari total pembiayaan Rp 220 triliun.
[bctt tweet=”Juli 2016, pembiayaan perbankan syariah ke sektor pertanian baru sekira 3,5%” username=”my_sharing”]