Ketua IAEI, Agustianto Mingka

NPF, Tantangan Bank Syariah 2016

Tantangan paling krusial dihadapi perbankan syariah di 2016 yakni bagaimana mengatasi dan mencegah pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF).

Ketua IAEI, Agustianto Mingka
Ketua IAEI, Agustianto Mingka

Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), Agustianto Mingka, mengatakan, banyak tantangan yang masih membelit perbankan syariah di tahun 2016, seperti masalah permodalan, efisiensi, inovasi produk, SDM, teknologi, layanan dan jaringan, pendanaan (funding), kualitas aset dan lainnya.

Dari sekian banyak masalah tersebut, salah satu permasalahan penting yang dihadapi masalah kualitas aset, yakni bagaimana perbankan syariah mengatasi dan mencegah pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF).

“Hal ini penting karena di 2015, NPF perbankan syariah lebih tinggi dibanding non performing loan (NPL) konvensional,” kata Agustianto dalam rilisnya yang diterima MySharing, Jumat (8/1).

Menurutnya, semua bank di Indonesia, baik konvensional maupun syariah dilanda pelambatan pertumbuhan penyaluran kredit atau pembiayaan dan diiringi pula peningkatan rasio kredit bermasalah. Hal ini dikarenakan faktor tekanan eksternal, seperti melemahnya ekonomi dunia, termasuk negara besar seperti China dan ketidakpastian suku bungan The Fed.

“Dua faktor tersebut diprediksi masih akan mempengaruhi ekonomi domestik, termasuk sektor perbankan yang erat hubungannya dengan pembiayaan sektor riil,” ujar Agustianto.

2015, kredit macet #BankSyariah lebih tinggi daripada bank konvensional Click To Tweet

Agustianto menyampaikan, banyak pengamat dan bankir memperkirakan di tahun 2016, ekonomi Indonesia bakal membaik, setelah 2015 mengalami perlambatan. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan menunjukkan optimisme akan adanya recovery di 2016.

Bank Indonesia (BI) juga telah mengisyaratkan bakal ada pelonggaran moneter karena melihat tekanan terhadap ekonomi makro telah mulai melonggar yang ditandai dengan infikator inflansi yang terkendali dengan baik dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sudah stabil.

Kendati demikian, bank syariah tetap mewaspadai tren peningkatan pembiayaan bermasalah di tahun depan yang mempengaruhi kualitas aset (pembiayaan). Bank-bank konvensional juga menghadapi tantangan kualitas kredit yang serius. Dari berbagai media massa, semua Dirut bank-bank BUMN menyatakan bahwa tantangan utama 2016, adalah soal kualitas kredit (pembiayaan).

Untuk itu, perlu ada analisa kepada masyarakat kualitas aset perbankan syariah. Yang tujuannya meremind perbankan syariah agar lebih memperhatikan masalah NPF atau pembiayaan bermasalah. Demikian pula, pada 2016 nanti pengelolaan pembiayaan bermasalah tetap menjadi tantangan terbesar bagi bank-bank syariah ke depan.

”Untuk menghadapi tantangan ini, bank syariah harus terus memperketat standar underwriting dan secara proaktif memonitor nasabah dalam sektor industri yang terkena dampak perlambatan ekonomi secara umum,” papar Agustianto.

Waspadai pembiayaan bermasalah, #BankSyariah harus memperketat underwriting dan monitoring nasabah @AgustiantoProf Click To Tweet