Sosialisasi asuransi syariah masih menyasar masyarakat menengah atas.
Dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tingkat literasi dan inklusi asuransi syariah masih rendah, yaitu masing-masing sebesar 2,51 persen dan 1,92 persen. Oleh karena itu, program literasi asuransi syariah dinilai harus lebih meluas.
Pengamat asuransi syariah Muhammad Syakir Sula mengatakan, jika dibandingkan tingkat literasi dan inklusi asuransi syariah masih jauh dari perbankan syariah. Bank syariah mencatat tingkat literasi sebesar 6,63 persen dan tingkat inklusi 9,61 persen. Oleh karena itu, ia pun mengharapkan, program literasi asuransi syariah dapat lebih dikembangkan.
Menurut Syakir, program literasi asuransi syariah hingga kini masih ditujukan bagi masyarakat menengah atas. “MES (Masyarakat Ekonomi Syariah) setiap bulan berkeliling kerjasama dengan OJK, tapi lebih ke kampus dan menengah atas. Untuk level menengah ke bawah belum masuk,” tukasnya.
Oleh karena itu, ia pun mengharapkan OJK dapat lebih mengembangkan model literasi asuransi syariah ke depannya. “Saya melihat programnya belum mendarat dibawah, masih di level atas. Nanti untuk komisioner OJK yang baru diharapkan agar lebih membumi programnya, sehingga literasinya bisa membaik,” kata Syakir.
Untuk lebih mendorong tingkat literasi dan inklusi asuransi syariah, lanjut Syakir, OJK diharapkan terus meningkatkan kerja sama dengan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia untuk mengembangkan program literasi asuransi syariah. “Perlu juga kerja sama dengan kampus yang lebih dekat ke masyarakat, sehingga tingkat literasi bisa lebih meningkat signifikan,” jelasnya.

