Membeli reksa dana itu seperti beli soto. Investor harus tahu profil risiko dari produk reksa dana yang dibelinya.
CEO & Co Janus Financial, Aakar Abyasa Finzuno menuturkan, banyak hal yang perlu dipikirkan ketika berencana untuk investasi. Salah satunya mengenai profil risiko investor, kesesuaian kemampuan investor dengan tujuannya berinvestasi.
Menurut dia, profil risiko menjadi bahan pertimbangan dalam memilih produk reksa dana. Meski dipastikan tetap mendapat keuntungan, tetapi perlu mengetahui profil risiko agar invetasi yang dilakukan berkelanjutan, sesuai keinginan dan tujuan yang ditargetkan investor.
”Jadi tergantung profil resiko kita, sebenarnya toleran nggak terhadap reksa dana campuran untuk 3-4 tahun. Ada yang tidak toleran di pasar uang untuk beberapa tahun,” papar Aakar dalam event Pesta Reksa Dana 2016, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Aakar menegaskan, bahwa investasi di reksa dana pasti untung, investor besar dan kecil mendapatkan return yang sama. ”Jadi beli reksa dana itu kayak beli soto. Soto Kudus dan Soto Surabaya, rasanya beda. Jadi waktu kita beli soto Kudus jangan harap rasa soto lain. Begitu pula ketika beli reksa dana dengan beragam produknya, ada profil risiko yang harus diperhitungkan,” ungkapnya.
Kembali dia menjelaskan, membeli reksa dana memang seperti membeli soto. Cuma bedanya kalau di reksa dana itu diterangi secara detail, misalnya dagingnya berapa dan babatnya berapa biji. Begitu pula dengan income fixed-nya.
Aakar pun mencontohkan, soto itu isinya sama-sama babat. Menurutnya, daripada beli di dua warung yang sama-sama soto babat lebih baik membeli soto di satu warung saja, biayanya pun lebih murah. Begitu pula, lanjut dia, dalam membeli reksa dana bukan hanya tanya berapa return, tapi isinya apa saja di dalamnya. Misalnya reksa dana A dan B, ada produk apa saja di dalamnya.
Membeli reksa dana jangan hanya tanya berapa return, juga isinya apa saja? Click To Tweet”Kalau mau sebar jangan sampai soto Surabaya-soto Surabaya. Ya kalau mau sebar sahamnya dua paling nggak soto Surabaya dan Soto Kudus. Dua soto itu karakternya beda. Profil risiko dan returnnya pun beda,” pungkas Aakar.