BNI Syariah sedang menyusun roadmap untuk naik kelas Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III yang ditargetkan tiga tahun mendatang.

Pemerintah meminta bank syariah milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk naik kelas dari BUKU II menjadi BUKU III. Bank yang masuk dalam kelas BUKU III harus memiliki modal inti antara Rp 5 triliun-Rp 30 triliun.
Plt. Direktur Utama BNI Syariah Imam T. Saptono, mengatakan perseroaan siap untuk naik kelas BUKU III seperti yang diinstruksikan pemerintah. Saat, BNI modal inti BNI Syariah berada pada angka Rp 2,2 triliun, sehingga perseroaan masih membutuhkan modal inti sekitar Rp 2,8 trilun untuk mencapai modal inti Rp 5 triliun.
Managemen, lanjut Imam, kini tengah menyusun peta jalan (roadmap) perusahaan agar bisa naik dari BUKU II ke BUKU III. Dalam roadmap tersebut, BNI Syariah mengusulkan tahun pertama BNI sebagai pemegang saham pengendali menambah modal antara Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun. Kemudian dua tahun berikutnya dengan strategic investor dan atau Penawaran Umum Saham Perdana ( Initial Public Offering/IPO).
“Sehingga diharapkan dalam tiga tahun ke depan, BNI Syariah bisa masuk BUKU III. Potensi bisnis BUKU III ini besar sekali, seperti ada bankassurance, memiliki anak usaha dan menggarap bisnis remitansi di luar negeri,” papar Imam dalam konferensi pers paparan kinerja triwulan I 2016 BNI Syariah di Jakarta, Rabu (20/4).
Imam mengatakan, selama ini aset perusahaan masih didominasi perolehan dana pihak ketiga (DPK). BNI Syariah bahkan tengah mendorong DPK dari tabungan buruh migram di Hong Kong.
”Bisnis DPK kita di-drive migran di Hong Kong, kami tidak memasuki entitas ke sana harus BUKU III,” kata Imam. Namun demikian, lanjut dia, Jika sudah masuk BUKU III, perseroaan berencana menggarap sektor bisnis lainnya di Hong Kong dan negara lainnya.

