Yeni Mulyani bermimpi memiliki rumah idaman. Ia pun jatuh hati pada KPR Syariah, yang sistem pembayaranya sangat terukur.
Meski seorang Muslim, serang warga Jakarta, Yeni mengaku belum paham betul tentang keuangan syariah, menjadi nasabah bank syariah juga belum masih konvesional. Tapi ia mengaku kesemsem dengan KPR syariah, “Saya sih tertarik dengan KPR Syariah ya,” kata Yeni yang baru saja lulus kuliah s1 dari sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jakarta kepada MySharing, di Jakarta, Jumat pekan lalu.
Ketertarikannya pada KPR Syariah, dikisahkan Yeni lantaran cerita saudaranya yang telah memiliki rumah dari cicilan sistem syariah tersebut. Menurutnya, selain dari konsep syariahnya, dari segi ekonomi keunggulan KPR syariah dibandingkan konvensional yaitu cicilan tetap dan tidak ada pilanti pelunasan.
“Ya dengan sistem ini, suadara saya tidak dikhawatirkan oleh kenaikan cicilan KPR akibat kenaikan suku bunga. Dia anteng-anteng aja dalam pembiayaan KPR Syariah. Ya karena kata dia jumlah cicilan sama hingga masa pelunasan, bahkan katanya lagi kalau cicilan seluruhnya dilunasi nggak kena denda kaya konvensional,” cetus Yeni.
Hal inilah yang membuat wanita asal Kepualaun Seribu ini tertarik pada KPR Syariah. Menurutnya sistem KPR syariah ini mempermudah masyarakat yang belum memiliki rumah, seperti dirinya yang merantau ke Jakarta.
“Saya masih mengontrak, dan mimpi punya rumah idaman dengan cicilan KPR Syariah, yang pembayarannya terukur jelas. Saya lagi ngumpulin DP-nya, mudah-mudahan dipermudah jalannya oleh Allah SWT,” ujar Yeni sambil tersenyum.
Namun demikian, Yeni memberi saran agar KPR syariah bisa lebih dilirik masyarakat luas. Sosialisasi terkait program KPR ini lebih digencarkan lagi. Karena menurutnya, masih banyak masyarakat di daerah yang belum mengenal KPR syariah, bagaimana sistemnya dan kemana harus mengajukannya. Lantaranperbankan syariah yang memiliki program KPR syariah ini di daerah juga belum banyak, seperti di Kepulauan Seribu, misalnya.