Strategi Memilih Asuransi Unit Link Syariah yang Tepat

Produk asuransi unit link syariah sangat diminati oleh masyarakat saat ini. Dengan karakternya yang memberikan perlindungan sekaligus juga investasi (two in one), membuat banyak orang yang tertarik produk keuangan syariah satu ini. Bagaimanakah strategi berinvestasi yang tepat di unit link syariah ini?

asuransi syariahBerinvestasi di asuransi unit link syariah sekarang ini sedang marak di beberapa kota besar di tanah air. Para pelaku di bisnis unit link syariah ini, baik perusahaan asuransi syariah lokal, maupun perusahaan asuransi syariah milik asing yang punya cabang di Indonesia, sama-sama all out dalam menyisir pasar bisnis asuransi unit link syariah yang masih sangat bagus prospeknya di tanah air ini.

Namun demikian, berinvestasi di unit link syariah tidaklah semudah membalik telapak tangan, terlebih apabila kita tak memiliki pengetahuan yang cukup di investasi ini. Untuk itu, praktisi perencana keuangan – Mike Rini Sutikno berbagi kiat dan strategi dalam berinvestasi di asuransi unit link syariah ini.

Menurut Mike Rini, saat ini produk-produk asuransi unit link syariah yang ada di pasaran umumnya memiliki tiga karakter, yaitu stabil, moderat dan agresif. Mike Rini pun berbagi sarannya kepada pembaca dalam memilih produk unit link syariah yang tepat sesuai profil si calon nasabah.

Menurut Mike Rini, penyusunan portfolio investasi pribadi seseorang atau sebuah keluarga, itu juga harus berdasarkan profil resiko. Serta juga pribadinya si investor sendiri.

“Apakah dia termasuk profil investor yang agresif, moderat, atau apakah dia konservatif? Kenapa dia konservatif? Karena usianya sekarang sudah 60 tahun, misalnya. Jadi, kalau misalnya, dia ambil katakan unit link yang underlying produknya itu adalah reksadana saham, yang memberikan pertumbuhan dalam jangka panjang, tapi fluktuatif, maka dia tidak cocok, karena usianya sudah 60 tahun. Dia lebih cocok unit link yang menomorsatukan tujuan investasi-capital preservation, yang aman, pokoknya yang penting adalah keberadaan hartanya itu terjaga,” papar Mike Rini.

Namun demikian, di sisi lain, lanjut Mike Rini, bagi mereka yang usianya masih muda, misalnya 25 tahunan, maka menurut Mike Rini, untuk mereka yang sedang getol-getolnya mengumpulkan dana buat masa depannya ini, mereka dapat memilih unit link syariah yang moderat, atau yang cenderung agresif. Untuk mereka yang berada di usia 25 tahunan ini, menurut Mike Rini, kurang pas apabila mereka memilih produk unit link syariah yang berkarakter konservatif.

Berikutnya, yang harus dipertimbangkan menurut Mike Rini, dalam mempersiapkan diri mengikuti sebuah produk investasi, tentu saja harus mempertimbangkan kondisi makro ekonomi.

“Kondisi makro memang sering menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi investasi. Namun, tidak selalu kondisi makro ini menjadi pertimbangan seseorang, ketika hendak membuat sebuah keputusan yang berkaitan dengan portfolio investasi pribadinya,” jelas Mike Rini.

Namun demikian, menurut Mike Rini, untuk bisa mengoptimalkan investasi kita, kondisi makro memang harus dipertimbangkan dan dihitung dengan lebih cermat

“Kata kuncinya, kondisi makro itu kan ada siklus. Ya kadang ternyata pas kita umur 25 tahun, kondisi makro sedang lagi down seperti ini. Dan kemungkinan tahun depan, masih terasa efeknya dampak krisis ini. Atau belum akan terlalu ada perkembangan yang signifikan, pasar modal masih lesu. Sehingga kita lalu kemudian tidak jadi membeli investasi ini. Padahal siklus itu kan kadang memang di bawah, dan di kadang di atas. Nah, justru ketika ekonomi sedang lagi kondisi down ini, adalah kesempatan kita untuk membeli dengan harga lebih murah. Nanti kita akan memetik hasilnya yang jauh lebih optimal, saat siklus ekonomi kembali naik,” papar Mike Rini lagi.

Jadi, menurut Mike Rini, dalam berinvestasi di unit link syariah ini, kondisi makro memang adalah sebuah faktor eksternal yang harus kita pertimbangkan, dan sesuai dengan sikus hidup dimana kita berada saat ini. Namun faktor yang paling utama adalah profil resiko kita pribadi sendiri.

“Artinya, kita usianya berapa sekarang? Keamanaan dari pekerjaan kita gimana? Tanggungan kita berapa? Hutang kita berapa? Sementara kondisi makro adalah sesuatu faktor eksternal yang harus kita pahami untuk menjadi pertimbangan,” demikian Mike Rini Sutikno menutup pembicaraan. *