Agar mengelola managemen syariah bisa berhasil, pengusaha harus memisahkan antara keuangan pribadi dan usaha. Karena segala sesuatu yang sesuai syariah itu sudah pasti maslahat.
Managing Director Paramadina Islamic Mangement Institute, Elsa Febiola Aryanti menuturkan, menerapkan keuangan syariah dalam kehidupan, seperti berzakat juga dapat membersihkan harta kita. ”Tapi bukan berarti dengan berzakat, kita bisa membersihkan harta yang haram, kita harus tetap mencari harta secara halal,” kata Febiola, dalam Talkshow Talk to The Expert bertajuk “Bagaimana Keuangan Syariah Bisa Membantu Pengusaha” di Jakarta, belum lama ini.
Febiola mengingatkan kita harus menyadari bahwa harta ini titipan Allah SWT, yang setiap kepingnya akan dihisap, dipertanyakan diperoleh darimana dan dimanfaatkan untuk apa saja. ”Saat kita melepaskan kepemilikan harta, kita akan punya sikap, sifat dan manifestasi yang lain terhadap pengelolaan keuangan,” ujarnya.
Pengelolaan keuangan antara pengusaha dan karyawan sangatlah berbeda. Pengusaha, kata dia, adalah profesi yang harusnya sangat dekat dengan Allah SWT karena penuh dengan ketidak pastian dalam menjalankan roda bisnisnya. Maka pengusaha itu harus mendekat kepada yang Maha Pemberi Kepastian, yaitu Allah SWT.
Sedangkan karyawan, kata dia, ada kepastian gaji setiap bulan sudah dipegang angkanya. Tapi kalau pengusaha, itu ada masa untung dan rugi. Berarti kita harus mendekat kepada Maha Pemberi Kepastian. Dalam Islam konsep belajar tentang perecanaan keuangan adalah untuk melepaskan kepemilikan kita akan harta. ”Manusia ini cinta banget pada harta. Karena manusia memang diciptakan dengan kecintaan pada emas, perak, anak dan keturunanya serta kuda-kudaan yang bagus. Itu ada ayat-ayatnya,” ujarnya.
Namun tegas Febiola, kalau kita mau hidup di dunia dengan tentram dan damai tidak banyak pikiran, tidak resah dan galau. Yaitu, kita harus belajar melepas kepemilikan harta yang dititipkan Allah SWT. Ini juga yang menjadi dasar bagaimana pandangan Islam terhadap harta. Dan ini pula yang menjadi dasar dari perencanaan keuangan yang Islami.
Lalu perencanaan keuangan itu apa sih sebenarnya?Menurut Febiola, keuangan ini jual beli dan hanya bagian kecilnya saja. Berbeda sekali dengan ibadah, dimana kita tidak mempertanyakan kenapa shalat subuh dua rakaat, dan isa empat rakaat. Dalam muamalah ini, penjelasannya sangat logis dan masuk akal. ”Jika kita beralih ke syariah, akan menemukan bagian yang hilang daripada ilmu perencanaan keuangan konvesional,” katanya.
Menurutnya, perencanaan keuangan itu sebenarnya adalah perencanaan hidup yang diejawantakan dalam perencanaan-perencanaan kecil yang diberi angka. Sehingga yang harus difokuskan dari awal adalah rencana hidup kita mau apa? Baru kemudian membuat perencanaan keuangan. Namun demikian, dalam aspek keuangan pribadi kadang orang menganggap sepele. Tetapi ini merupakan alat yang sangat luar biasa dari setiap keputusan keuangan yang kita lakukan setiap hari, itu ada potensi pahala.
“Semua yang sesuai syariah itu sudah pasti maslahat. Kalau sudah maslahat pasti ada manfaatnya. Nah, ini yang harus kita pegang,” kata Febiola. Karena menurut dia, syarat untuk maslahat keuangannya harus sehat dulu. Tapi, ada penyakit pengusaha yang perlu diwaspadai terutama kaitannya dengan personal finance. Yaitu tidak tertibnya antara keuangan bisnis dan keuangan pribadi, suka dicampur semua jadi satu. ”Ini saya temui di level UMKM sampai level yang omzetnya miliaran,” ujarnya.
Sistem syariah, kata dia, intinya menolak praktik riba, spekualsi dan yang serba tidak pasti (gharar). Febiola pun memberikan tips agar para pengusaha dalam pengelolaan managemen syariah bisa berhasil, pisahkan keuangan pribadi dan usaha. Sebab, pertanggungjawabannya berbeda.