Perbanyak Agen Asuransi Syariah, OJK akan Gandeng Pesantren

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan tersedianya 10 juta agen asuransi dalam beberapa tahun ke depan. Untuk memenuhi target tersebut, berbagai upaya dilakukan, salah satunya dengan menggandeng pesantren.

asuransi mikro si BijakDirektur Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Syariah OJK Moch Muchlasin, mengatakan OJK sudah menargetkan 10 juta agen asuransi mikro dan syariah dalam waktu lima tahun mendatang, sehingga setidaknya ada 2 juta agen asuransi baru setiap tahunnya. Langkah tersebut dilakukan agar dapat meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia dan akses masyarakat kepada layanan asuransi mikro dan syariah.

Untuk mencapai target tersebut, lanjut Muchlasin, pihaknya pun membidik kerja sama dengan pesantren. “Lewat pesantren ini kami ingin menjadikan para santri sebagai agen asuransi syariah. Jadi mereka tidak hanya mengenal asuransi syariah, tapi juga bekerja sebagai freelance agent,” katanya. Baca: Pesantren Berpotensi Kembangkan Keuangan Syariah

Demi mendukung pencapaian 10 juta agen asuransi mikro ini, Muchlasin menuturkan OJK pun mempermudah sertifikasi keagenan. “Salah satu yang kami kembangkan adalah tidak perlu ada sertifikasi keagenan yang rumit untuk menjual asuransi mikro,” cetusnya. Baca: Yuk, Kenali Produk Asuransi Mikro Syariah Si Bijak!

Ia memaparkan pelatihan agen asuransi reguler membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya cukup besar karena mengikuti pendidikan sertifikasi untuk bisa menjual produk asuransi syariah dan unit link syariah, serta menjelaskan tentang asuransi syariah. “Nah, kalau agen asuransi mikro tidak perlu seperti itu karena mereka kan ingin jualannya Si Peci dan Si Bijak. Cukup setengah hari latihan dapat sertifikat untuk bisa menjual produk itu saja, bukan yg lain, dan sudah bisa langsung jualan produk asuransi mikro yang preminya Rp 50 ribu,” jelas Muchlasin.

Pola perekrutan agen asuransi ini dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan yang terstandardisasi dan akan bekerja sama dengan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia dengan menyasar pada generasi muda, khususnya mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja paruh waktu ataupun kalangan wiraswasta. Mereka dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan tersebut tanpa memandang standar kualifikasi pendidikan formal.