Perlambatan ekonomi membuat bisnis BPRS Bakti Artha Sejahtera melambat.
Direktur Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bakti Artha Sejahtera Marsudi, mengatakan perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia membuat pembiayaan pihaknya turut menurun. “Dibanding dulu sebelum perlambatan ekonomi antara Januari-Mei rata-rata per bulan pembiayaan bisa antara Rp 4 miliar-Rp 5 miliar. Sekarang per bulan Rp 3 miliar,” ungkapnya.
Nilai pembiayaan yang menurun itu otomatis juga mendongkrak rasio pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF) BPRS Bakti Artha Sejahtera. Marsudi mengakui NPF agak meningkat di tahun ini dibanding pada 2014. “NPF kami sampai 7,5 persen, naik dari sebelumnya 4,8 persen pada Desember 2014,” katanya. Baca: Tekan NPF, Asbisindo Godok Model Bisnis BPRS
Marsudi pun menargetkan NPF bisa kembali berada di bawah lima persen pada akhir 2015. Salah satu hal yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah dengan lebih selektif menyalurkan pembiayaan dan langsung memperbaiki kualitas pembiayaan pegawai negeri sipil yang sudah meninggal atau dipecat. Baca: NPF Tinggi, Banyak Faktor Penyebab
Di sisi lain, tambahnya, kendati perlambatan pembiayaan terjadi di sektor ekonomi tertentu, namun pembiayaan pemerintah daerah masih tetap banyak. BPRS yang dimiliki oleh pemda Sampang, Madura ini memperoleh pembiayaan untuk berbagai proyek mulai dari jalan hingga bangunan gedung. Hingga kuartal III 2015 BPRS Bakti Artha Sejahtera pun membukukan pembiayaan sebesar Rp 63 miliar.
Pada 2014 BPRS Bakti Artha Sejahtera memiliki modal sebesar Rp 14,54 miliar. Di akhir tahun lalu BPRS Bakti Artha Sejahtera pun menutup tahun dengan aset sebesar Rp 52,8 miliar, pembiayaan Rp 46,35 miliar, dana pihak ketiga (DPK) Rp 14,43 miliar dan laba tahun berjalan Rp 1,31 miliar. Hingga September 2015 asetnya telah mencapai Rp 75 miliar dan DPK Rp 59 miliar.