Ragam kajian terkait pasar modal syariah dilakukan untuk pengembangan industri tersebut di masa mendatang.
Direktur Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fadilah Kartikasasi menuturkan, dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah Indonesia, pihaknya kini sedang melakukan sejumlah kajian. “Ada kajian pengembangan likuiditas sukuk di pasar sekunder, karena masih kecilnya supply dan demand sehingga pasar kurang likuid,” ujarnya dalam Talkshow Pengembangan Pasar Modal Syariah di Festival Pasar Modal Syariah, Rabu (30/3).
Selain itu, OJK juga akan melakukan kajian untuk mengembangkan sukuk daerah yang diterbitkan pemerintah daerah sebagai alternatif pendanaan, dan kajian tentang kontrak dan rating sukuk. “Rating sukuk ini masih sama dengan yang obligasi sementara barangnya berbeda,” jelas Fadilah.
OJK pun kini sedang menginisiasi untuk hadirnya Undang-undang (UU) tentang Efek Syariah. Fadilah mengutarakan UU tersebut dikaji karena efek syariah berbeda dengan konvensional, terutama di sukuk dan reksa dana. Di dalam Roadmap Pasar Modal Syariah, OJK akan melakukan kajian terkait penyusunan naskah akademis RUU tentang Efek Syariah. “Kajian UU ini akan mendukug regulasi efek syariah semakin lengkap,” cetusnya.
Kajian lainnya terkait pengembangan materi kurikulum terhadap materi pendidikan di perguruan tinggi. Menurutnya, perguruan tinggi sebagai lembaga formal sekarang banyak yang menbajarkan ekonomi syariah dan pasar modal syariah. “Namun, mereka belum punya materi baku dan seragam, jadi perlu diberi masukan agar dapat berkontribusi dan lulusan perguruan tinggi bisa langsung digunakan oleh industri,” papar Fadilah.
#SahamSyariah di Indonesia sebanyak 331 dengan kapitalisasi pasar hampir Rp 3000 T Click To TweetSaham syariah di Indonesia tercatat sebanyak 331 saham dengan kapitalisasi pasar saham syariah hampir Rp 3000 triliun. Sementara, jumlah produk reksa dana syariah telah mencapai 97 buah dan dari sisi dana kelolaan pangsa pasarnya sebesar 3,28 persen. Di sisi sukuk korporasi nilai outstanding-nya sebanyak Rp 9,5 triliun dari 45 penerbitan.