Di tengah dinamika perekonomian global dan domestik, sektor jasa keuangan terpantau stabil. Arus dana masuk pun tetap terjaga baik di pasar saham maupun pasar surat utang.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad menilai secara umum kondisi sektor jasa keuangan masih terjaga dengan stabilitas menguat. “Kinerja dan profil risiko jasa keuangan masih normal, begitu juga dengan beberapa indikator yang dipantau dalam manajemen krisis di perbankan, institusi keuangan non bank, dan pasar modal dalam level normal,” kata Muliaman dalam Konferensi Pers Perkembangan Kondisi Ekonomi Terkini bersama Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan OJK, Selasa (10/3).
Ia memaparkan ke depan OJK akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik yang bisa berpengaruh pada sektor keuangan. Faktor global yang dicermati antara lain normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat, perkembangan ekonomi di Eropa dan Jepang, ekonomi negara berkembang khususnya Tiongkok, serta perkembangan komoditi dunia.
Sedangkan di level domestik, OJK akan mencermati nilai tukar dan dampaknya pada sektor jasa keuangan. “Kami telah melakukan stress test (uji ketahanan) untuk memastikan daya tahan sektor jasa keuangan terhadap beberapa perubahan. Sejauh ini stress test terhadap pelemahan nilai tukar dan perkembangan ekonomi masih dalam batas toleransi,” ujar Muliaman.
Ia pun mengungkapkan sejumlah indikator sektor jasa keuangan. Muliaman memaparkan perkembangan indeks year to date tercatat sebesar 4,16 persen. Selain itu, penyaluran kredit bank dan piutang pembiayaan juga terus berlangsung. Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga berada di bawah 90 persen, sehingga membuka saluran pembiayaan lebih lanjut. Menurut Muliaman, saat ini sekitar 75 persen pembiayaan mulai mengarah ke sektor produktif berupa pembiayaan investasi dan modal kerja. Baru sisanya ke konsumtif.
“Kondisi rasio kecukupan modal selama beberapa bulan ini juga baik, konsisten berada di atas 19 persen bahkan sampai 21,01 persen pada Januari 2015 dengan modal di Tier I 18,75 persen. Sedangkan tingkat BOPO 85 persen,” kata Muliaman. Rasio pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF) juga berada di bawah ketentuan dengan masing-masing NPF gross dan nett per Januari 2015 adalab 2,2 dan 1,15 persen.
Sementara, lanjutnya, di industri asuransi rasio kecukupan investasi asuransi jiwa dan asuransi kerugian masih menunjukkan perbaikan dan peningkatan dari bulan sebelumnya, dimana sampai Januari 2015 nilai investasi asuransi relatif stabil. “Di perusahaan pembiayaan gearing ratio per Januari juga masih dalam kondisi baik, walau sedikit menurun tapi masih dalam batas normal,” pungkas Muliaman.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyebutkan di tahun ini ada arus dana masuk dengan total lebih dari Rp 55,5 triliun (sekitar 4,8 miliar dolar) pada portofolio obligasi korporsi, surat berharga negara, dan saham. Dari jumlah tersebut sekitar Rp 44 triliun ke obligasi pemerintah, dan Rp 11,7 triliun ke pasar saham.