“Melamar KPR memang harus amat sangat teliti, seteliti melamar gadis”. Dan, pilihan pun jatuh kepada KPR Syariah.
Setelah cari info sana-sini, banding sana-sini, Tika We, blogger dalam artikelnya “Rumah di Bekasi, KPR Konvensional atau Syariah ya?” Tika yang berprofesi sebagai freelance journalist ini menarasikan pengalaman pertamanya berkenalan dengan produk keuangan syariah ketika berjuang untuk memiliki rumah sendiri.
Karena Tika bukan Tika Bakrie atau Tika Hartono, yang artinya dia adalah orang Indonesia kebanyakan, perlu pembiayaan untuk memiliki rumah pertamanya. “Walaupun kami muslim, kami tidak pernah menyentuh Produk Keuangan Syariah sebelumnya. Namun ada beberapa kelemahan KPR Konvensional yang tidak bisa kami tolerir” apa kelemahannya? Simpel saja, bunga yang fluktuatif, bisa mencekik di masa depan.
Akhirnya pilihan pun jatuh ke KPR Syariah. Alasannya? “Saat akad kami dapat print-out rincian cicilan dari bulan pertama hingga ke-180 alias bulan terakhir di tahun ke-15 tanpa peninjauan kembali atau revisi. Di print-out tersebut mereka juga menguraikan ke mana perginya uang kita, apakah untuk membayar margin atau cicilan rumah itu sendiri alias uang pokok”, kata Tika mendaftar salah satu alasannya.
Narasi yang Apa Adanya
Ini adalah artikel salah satu peserta iB Blogger Competition 2015. Dewan juri dari MySharing dan Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (DPbS OJK) memutuskan, artikel ini sebagai Pemenang I iB Blogger Competition 2015 Periode I. Ada beberapa alasannya:
Pertama, konten orisinal dan jujur. Tidak seperti kebanyakan artikel yang dilombakan yang mengulang beda bank syariah dan bank konvensional, mengutip teori ekonomi Islam atau ayat dari kitab suci, dan menonjolkan sentimen keagamaan.
Produk keuangan syariah adalah universal, siapa saja dapat menikmatinya. Bahkan di lomba ini pun ada Blogger dari kalangan Non Muslim yang ikut dan Beliau memakai produk kartu pembiayaan syariah. Dan artikel pemenang ini menampilkan kemanfaatan KPR syariah dari sudut pandang rasional, bukan emosional semata.
Kedua, dari sisi kemasan, gaya bahasa ringan, renyah, dan ceria. Penulis dengan lincah bercanda seperti, “Karena margin yang flat, sangat membantu kami membuat perencanaan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Jadi kami tidak khawatir menangis tragis makan aspal kalau tiba-tiba cicilan rumah meroket.”
Desain dan tipografi blognya enak dilihat dan memudahkan membacanya. Banyak juga artikel berbobot dari lomba ini, namun tampilan blognya memusingkan.
Persyaratan dasar seperti backlink, pemasangan banner, kesesuaian topik, dan jumlah kata tentu sudah dipenuhi. Beberapa artikel yang dilombakan tidak memenuhi persyaratan mendasar ini.
Kami juga melihat komentar di artikel yang dilombakan di blog asalnya. Artikel pemenang ini awalnya memiliki banyak komentar, namun tampaknya template-nya diganti, sehingga komentar-komentar itu tidak tayang kemudian.[su_pullquote align=”right”]”Kesimpulannya, kemanfaatan produk keuangan syariah yang dinarasikan dengan jujur dan orisinal, lalu dibahasakan dengan lincah adalah kekuatan artikel Pemenang I iB Blogger Competition 2015 ini.”[/su_pullquote]
Ketiga, dari sisi unique page view (UPV) di situs resmi lomba, banyak artikel lain yang UPV-nya tinggi daripada artikel ini. Terutama karena judul yang menarik, namun ketika dibaca artikelnya, seringkali tidak sesuai dengan yang ditawarkan oleh judulnya. Atau, seperti artikel lomba ini kebanyakan. Dan pula, kami melihat keadaan di mana beberapa artikel lomba mendulang kunjungan tinggi dalam waktu cepat dan dari sumber Direct, bukan Referral atau Social. Hal ini agak mencurigakan, karena tidak wajar. Oleh karena itu, kami menempatkan UPV bukan sebagai faktor penentu yang kuat. Malah, kami akan merevisi faktor UPV dalam penjurian di periode berikutnya.[su_pullquote align=”right”]
Mengapa mereka menang?
Ketahanan Pangan dan Keuangan Syariah
Crowdfunding dan Keuangan Syariah
[/su_pullquote]
Keempat, dari artikelnya saja, sudah tergambar berada di pasar mana Blogger ini. Dia adalah kaum urban kebanyakan yang mencari solusi keuangan untuk pemenuhan salah satu siklus hidupnya, membeli rumah sendiri. The Climber atau kelas menengah urban yang masih membangun dasar-dasar untuk hidup yang lebih berkualitas. Setelah menikah, beli rumah di kawasan suburban (Bekasi dalam hal ini), lalu kemungkinan dia akan kredit mobil juga, menyekolahkan anak ke Al Azhar Bekasi, dan sebagainya.
Kesimpulannya, kemanfaatan produk keuangan syariah yang dinarasikan dengan jujur dan orisinal, lalu dibahasakan dengan lincah adalah kekuatan artikel Pemenang I iB Blogger Competition 2015 ini.