Untuk mengembangkan keuangan syariah di Indonesia, pemahaman ekonomi Islam perlu ditingkatkan lewat penceramah di masjid-masjid.
Pengamat Pendidikan Islam, Tuty Alawiyah menyatakan bahwa salah satu pilar kemajuan peradaban Islam adalah ekonomi.”Ekonomi adalah pilar paling penting untuk membangun peradaban Islam, membangun negara dan menciptakan kesejahteraan umat,” kata Tuty kepada MySharing, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Menurutnya, semakin tinggi kesejahteraan ekonomi seseroang, maka semakin memudahkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Namun demikian, tegas Tuty, untuk mencapai kesejahteraan ekonomi dalam kehidupan setiap umat tidak boleh mengabaikan kajian muamalah. Tradisi keilmuan ekonomi yang eksis di masa silam, harus dihidupkan kembali di masjid-masjid. Selain agar fungsi masjid sebagaimana zaman Rasulullah dapat diwujudkan kembali, juga mengedukasi umat Muslim akan pentingnya mencapai kesejahteraan ekonomi sesuai prinsip syariah.
Untuk itulah, dalam pengembangan keuangan syariah, Tuty berharap agar pemerintah dan regulator mengedukasi umat Muslim di masjid-masjid dengan menghadirkan penceramah ahli ekonomi Islam. “Masjid itu pusat pemberdayaan ekonomi umat Muslim baik di bidang ekonomi, pendidikan, sosial budaya, politik dan lainnya,” katanya.
- Diskusi Inspiratif Rabu Hijrah: “Sinergi Pentahelik Ekonomi Syariah Mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045”
- Pleno KNEKS 2024: Ekonomi Syariah Kekuatan Baru Menuju Indonesia Emas 2045
- CIMB Niaga Syariah Resmikan Pembukaan Syariah Digital Branch di Medan
- Adira Finance Syariah, Danamon Syariah & Zurich Syariah Gelar FPR2024 di Rangkasbitung
Menurutnya, edukasi ekonomi Islam di masjid sangatlah penting mengingat tingkat pengetahuan umat Muslim tentang muamalah sangat rendah. Sehingga aktivitas perekonomian yang mereka jalankan dalam usahanya atau mencari rejeki banyak yang bertentangan dengan syariah. Seperti riba, gharar, haram dan batil. Akibatnya, umat Muslim tetap terpuruk dalam kemiskinan dan keterbelakangan.
Selama ini, tegas Tuty, materi ceramah dalam pengajian di masjid-masjid membahas sekitar tauhid, tasawuf, fiqh, tafsir, hadist, akhlak dan keluarga sakinah. Namun sangat jarang sekali membahas kajian muamalah atau ekonomi Islam. Padahal ekonomi Islam adalah bagian penting dari ajaran Islam. Masalah ekonomi adalah masalah paling urgen.
Karena menurutnya, kemajuan keuangan syariah Indonesia terletak dari kesadaran hati umat Muslim untuk berinvestasi atau berbisnis secara syar’i. Dan sangatlah disayangkan karena non Muslim saja sudah banyak yang berpaling ke keuangan syariah, tanpa mereka belajar ekonomi Islam pun, tapi cukup memahami bahwa bunga tidak hakiki dalam kehidupan.
Alhasil, tambahnya, akibat minimnya ilmu ekonomi Islam yang mereka dapatkan banyak tidak mengetahui konsep-konsep ekonomi Islam. Semisalnya, mekanisme mudharabah dan manfaatnya, sehingga mereka memandangnya sama saja dengan bunga bank.”Umat Islam wajib mengetahui prinsip dasar ekonomi Islam. Ini dasar penting memajukan keuangan syariah Indonesia, yakni memberikan pemahaman ekonomi Islam dalam kehidupannya,” paparnya.
Menurutnya, umat Muslim banyak yang tidak tahu dampak bunga terhadap infasi, investasi, produksi, pengangguran dan kemiskinan. Secara rasional dan ilmiah, dalam Islam, bunga dipandang sebagai dosa terbesar setelah syirik, durhaka kepada orang tua dan pelaku bunga kekal dalam neraka. “Dalam tausiah saya di pengajian ibu-ibu selalu berikan pencerahan tentang wajibnya umat Muslim membangun pilar ekonomi Islam dalam mencari rejeki, menjalankan usaha dan investasi,” ujarnya.
Kembali Tuty menegaskan, bahwa umat Muslim masih banyak yang tidak tahu jika bunga telah membawa penderitaan massal yang menyakitkan bagi kemanusiaan. Bunga bank atau lainnya telah menjatuhkan banyak negara ke lembah jeratan hutang.