Saat dihadapkan dengan pilihan antara menyisihkan dana untuk keadaan darurat atau investasi, apa pilihan yang lebih utama?
Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto memaparkan, untuk berinvestasi seseorang harus memiliki keuangan yang sehat. Dalam merencanakan keuangan keluarga pun cukup mudah. Ia mengemukakan rumus 10-20-30-40 dalam perencanaan keuangan keluarga.
“Dalam perencanaan keuangan bagi 10 persen penghasilan anda untuk kebaikan seperti amal dan zakat atau ke orang tua, 20 persen taruh untuk dana darurat, investasi dan asuransi, 30 persen untuk cicilan utang sesuatu yang produktif misalnya KPR atau kendaraan bermotor, dan 40 persen kebutuhan hidup sehari-hari,” katanya dalam Festival Pasar Modal Syariah, Jumat (1/4).
Saat menyisihkan dana untuk dana darurat, investasi dan asuransi, lalu mana yang lebih prioritas? Dana darurat atau investasi? “Dana darurat sangat penting. Pada dasarnya dana darurat lebih prioritas dibanding investasi. Kalau belum punya dana darurat, ya nggak investasi dulu tidak apa,” kata Rudiyanto.
Rudiyanto menjelaskan bagi yang masih lajang hendaknya paling tidak punya dana darurat sebesar tiga bulan atau sampai enam bulan pengeluaran. “Dengan begitu, saat situasi buruk terjadi bisa bertahan selama 3-6 bulan,” tukasnya. Sementara, kalau yang sudah berkeluarga hendaknya menyisihkan dana darurat sebesar 6-12 bulan pengeluaran.
Di sisi lain, lanjutnya jika ingin menyiapkan dana darurat di instrumen reksa dana juga bisa dilakukan. “Ada reksa dana syariah pasar uang yang imbal hasilnya tidak kalah dari deposito, jadi kalau mau siapkan dana darurat bisa taruh di cash, tabungan, atau reksa dana pasar uang yang tidak kalah dengan deposito dan kalau mau dicairkan juga cepat,” pungkas Rudiyanto.