BNI Syariah menunjukkan kinerja bisnis yang bagus meski kondisi makro ekonomi nasional masih belum menunjukkan gejala perbaikan yang signifikan.
”Alhamdulillah, BNI Syariah melewati semester pertama di tahun 2016 dengan cukup baik. Walaupun tahun ini ekonomi masih belum menunjukan perbaikan yang cukup berarti karena masih dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi global yang melambat,” demikian diungkapkan Direktur Utama BNI Syariah – Imam T Saptono dalam siaran pers BNI Syariah akhir pekan lalu di Jakarta.
Menurut Imam T Saptono, laba bersih BNI Syariah pada semester pertama 2016 mencapai sebesar Rp 145,65 Miliar, atau naik sebesar 45,73% dibanding tahun sebelumnya Juni 2015 sebesar Rp 99,94 Miliar.
”Pertumbuhan laba tersebut, pada satu sisi, disokong oleh ekspansi pembiayaan yang terjaga kualitasnya. Di sisi lain, hal ini dikontribusikan oleh komposisi rasio dana murah serta efisiensi operasional yang juga terus membaik,” tutur Imam Teguh Saptono.
Imam lalu memaparkan lebih lanjut, “Dengan tetap menjunjung semangat berHasanah di tahun 2016, kami bersyukur kinerja BNI Syariah triwulan kedua pada sisi neraca juga optimal. Sebagaimana terlihat pada pertumbuhan aset Year on Year (YoY) naik sebesar 23,12% dari Rp 20,85 Triliun pada Juni tahun lalu menjadi sebesar Rp 25,68 Triliun. Pertumbuhan aset ini didorong oleh pertumbuhan pada pembiayaan sebesar 13,36% dan DPK sebesar 26,05% terhadap posisi tahun sebelumnya pada periode yang sama”.
Ditambahkan Imam, pembiayaan pada Juni 2015 sebesar Rp 16,74 Triliun berhasil tumbuh menjadi Rp 18,98 Triliun pada Juni tahun 2016 ini.
”Pertumbuhan ini dilakukan dengan penjagaan terhadap kualitas pembiayaan, sehingga NPF triwulan kedua 2016 ini terjaga di level 2,80%, angka ini di bawah rata-rata industri perbankan syariah,” jelas Imam.
Di sisi lain, lanjut Imam, Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI Syariah yang pada Juni tahun 2015 lalu masih sebesar Rp 17,32 Triliun, kini telah meningkat menjadi Rp 21,83 Triliun pada Juni 2016, dengan rasio dana murah (CASA) sebesar 47,12 % naik dari 46,86% di tahun sebelumnya.
Menurut Imam, dari total pembiayaan sebesar Rp 18,98 Triliun tersebut, sebagian besar merupakan pembiayaan konsumer yaitu 52,96%, disusul pembiayaan ritel produktif/SME sebesar 22,78%, pembiayaan komersial sebesar 16,38%, pembiayaan mikro sebesar 5,77%, dan kartu pembiayaan Hasanah Card 2,11%. Untuk pembiayaan konsumer, maka sebagian besar portofolio merupakan BNI Griya iB Hasanah, yakni sebesar 86.02%. Demikian Imam T Saptono, Direktur Utama BNI Syariah.