Indikator bisnis Mandiri Syariah secara keseluruhan seperti aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dengan kualitas baik, margin, serta fee based income naik signifikan.
‘’Alhamdullilah, kami bersyukur atas semua pencapaian selama tahun 2019. Kami berterimakasih kepada seluruh Stakeholders khususnya Nasabah atas dukungan dan kepercayaannya kepada Mandiri Syariah,’’ ujar Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari di Jakarta (16/2).
Menurut Toni, kenaikan laba ditopang pendapatan margin dan fee based income yang antara lain disumbang dari transformasi bisnis digital.
“Pembiayaan Mandiri Syariah tumbuh 11,50% semula Rp67,75 triliun per Desember 2018 menjadi Rp75,54 triliun per Desember 2019. Pembiayaan Segmen Konsumer meliputi pembiayaan Kendaraan Berkah, Griya Berkah, Pensiun Berkah dan Mitraguna Berkah. Dari seluruh produk tersebut, Kendaraan Berkah mencatatkan pertumbuhan tertinggi dengan kenaikan 84,53% dari Rp1,54 triliun per Desember 2018 menjadi Rp2,85 triliun per Desember 2019,” papar Toni.
Toni EB Subari menyampaikan pertumbuhan pembiayaan tersebut disertai perbaikan kualitas yang terjaga baik dengan indikator penurunan NPF Net sebesar 56 basis point (bp) dari 1,56% per Desember 2018 menjadi 1,00% per Desember 2019. Sementara, NPF Gross turun 84 bp dari 3,28% di Desember 2019 menjadi 2,44 % per Desember 2019.
Pertumbuhan pembiayaan, lanjut Toni, memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan pendapatan margin bagi hasil bersih yang tumbuh 6,95% (yoy) semula Rp4,93 triliun per Desember 2018 menjadi Rp5,27 triliun per Desember 2019. Sementara fee based income meningkat 17,69% dari Rp1,60 triliun per Desember 2018 menjadi Rp1,89 triliun per Desember 2019.
Sementara itu, Direktur Finance, Strategy and Treasury Mandiri Syariah – Ade Cahyo Nugroho, mengungkapkan, sampai dengan Desember 2019 dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun Mandiri Syariah tumbuh 14,10% dari Rp87,47 triliun per Desember 2018 menjadi Rp99,81 triliun pada Desember 2019. Dari total dana tersebut, porsi low cost fund mencapai 54,38%.
“Pertumbuhan low cost fund tersebut ditopang oleh Tabungan yang naik 13,49% dari semula Rp35,07 triliun per posisi Desember 2018 menjadi Rp39,80 triliun per posisi Desember 2019,” paparnya.
Menurut Ade Cahyo, perolehan DPK menjadikan aset Mandiri Syariah per akhir Desember 2019 mencapai Rp112,29 triliun atau naik 14,19% dari Desember 2018 yang sebesar Rp98,34 triliun. Atas pencapaian seluruh indikator bisnis diatas, Mandiri Syariah mencatatkan kenaikan signifikan pada rasio laba terhadap ekuitas (return on equity/ROE) di level 15,65% per Desember 2019.
Sepanjang tahun 2019, Mandiri Syariah melakukan transformasi digital dalam bentuk peluncuran fitur pembukaan rekening online, digital branch, memperkaya fitur digital channel seperti tarik tunai tanpa kartu ATM, fitur-fitur pembelian, pembayaran termasuk QRIS, dll.
Mengakomodasi kebutuhan masyarakat untuk bertransaksi dan beribadah Mandiri Syariah berupaya menjadikan Mandiri Syariah Mobile sebagai Superaps, di mana dalam satu aplikasi tersebut, nasabah bisa melakukan transaksi keuangan, berbagi melalui fitur pembayaran zakat, sedekah, wakaf, kurban, sekaligus beribadah melalui kemudahan mendapatkan jadwal sholat, arah kiblat, lokasi masjid, juz amma, kutipan hadis, dll.
Untuk kemudahan transaksi, terdapat juga Mandiri Syariah Mobile Keyboard, blokir kartu Mandiri Syariah Debit, dan juga kemudahan payment untuk transaksi e-commerce, pelunasan haji, top up e-wallet (emoney, gopay, ovo).
Direktur IT, Operation & Digital Banking Mandiri Syariah – Achmad Syafii menambahkan pengembangan fitur digital berdampak pada peningkatan pendapatan Fee Based Income (FBI) digital channel yang naik 24,86% dari Rp166,47 miliar per Desember 2018 menjadi Rp207,86 miliar per Desember 2019. Fee Based Income dari mobile banking berkontribusi tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 88,03% dari Rp27,46 miliar per Desember 2018 menjadi Rp51,64 miliar per Desember 2019.
Sampai dengan Desember 2019, user Mandiri Syariah Mobile mencapai 1,05jt user dengan jumlah transaksi sebanyak 24 juta transaksi. Pertumbuhan transaksi tertinggi berasal dari transaksi Zakat, Infaq, Sedekah & Waqaf (Ziswaf) yang naik 374% semula 440 ribu transaksi di 2018 menjadi 2 juta transaksi di 2019.