Direktur Bisnis BNI Syariah - Imam T Saptono
Direktur Bisnis BNI Syariah - Imam T Saptono

Kehati-hatian BNI Syariah di Pembiayaan Mikro

BNI Syariah, salah satu bank umum syariah milik Negara (bank BMUN), selama ini terkenal sebagai bank syariah yang sangat menjaga kehati-hatian didalam pembiayaan sektor mikronya.

Direktur Bisnis BNI Syariah - Imam T Saptono
Direktur Bisnis BNI Syariah – Imam T Saptono

Menurut Direktur Bisnis BNI Syariah – Imam Teguh Saptono, prinsip kehati-hatian tersebut bukannya tanpa alasan. Karena memang pembiayaan sektor mikro ini bisa berisiko tinggi bagi bank, apabila tidak di-menej dengan prinsip penuh kehati-hatian.

“Jadi memang sektor mikro yang dijalankan di BNI Syariah, agak berbeda dengan mikro yang lain. Kita tidak mengejar growth pertumbuhan,” demikian tegas Imam saat ditemui MySharing akhir pekan lalu di Jakarta.

Menurut Imam, harus diakui sektor mikro ini marginnya tinggi. Karena hal tersebut itulah, biasanya bank-bank tergoda untuk cepat-cepat tumbuh.

“Banyak bank terpancing untuk cepat-cepat tumbuh. Dengan marginnya tinggi, maka mereka lalu menaikkannya, agar nasabah mau berpaling ke bank mereka. Inilah yang beresiko. Karena kalau sektor mikro ini tidak kita kaji secara detail, maka mikro ini akan tumbuhnya adalah karena top up dan bukan karena kebutuhan nasabah,” tegas Imam mewanti-wanti.

Lebih lanjut Imam, yang banyak terjadi di lapangan adalah, banyak ban yang jor-joran didalam memberikan kredit mikro, namun tanpa dilandasi dengan kebutuhan riil nasabah. Misalnya, mereka berani menawarkan pembiayaan kepada nasabah dengan fasilitas yang lebih baik dari bank lain. Dan mereka mencari nasabahnya pun banyak dilakukan dengan cara menelikung nasabah milik bank lain.

“Nah, kalau itu yang dilakukan, yaitu pembiayaan mikro diberikan tanpa melihat real kebutuhannya, namun hanya karena mengejar target, maka kejadiannya adalah NPF (non performing loan) tinggi sekali di mikro ini. Dan itulah yang terjadi. Seperti di program KUR (kredit untuk rakyat) yang banyak dipasarkan hanya mengejar operating target, tanpa melihat kemampuan nasabah satu persatu,” ujar Imam lagi dengan nada prihatin.

Karena itulah, lanjut Imam, BNI Syariah sangat menghindari praktik-praktik pembiayaan dengan cara yang beresiko di atas. Namun BNI Syariah sangat menerapkan prinsip kehati-hatian didalam pembiayaan untuk sektor mikro ini.

“BNI Syariah untuk mikro, bisa dibilang kita tingkat pertumbuhannya sangat moderat. Bahkan boleh dibilang sangat hati-hati. Dan kita selalu ambil patokan, bahwa di satu titik mikro itu, kita tidak boleh lebih dari Rp 15 miliar (pembiayaan). Jadi, apa pun yang terjadi, kalau sudah Rp 15 miliar, kita tidak akan menambah jumlah dananya. Namun lebih baik kita tambah lagi titik-titik mikro baru. Jadi jangan titik mikro lama dipompa, atau dipaksakan, karena nanti kejadiannya bisa bermasalah,” jelas Imam lagi.[su_pullquote align=”right”]”Untuk mikro masih stagnan, sampai nanti dibuka titik-titik baru mikro lagi. Titik mikro baru ini mungkin akan selesai di April atau Mei 2015 ini.”[/su_pullquote]

Imam lalu menambahkan, untuk tri wulan terakhir ini, kinerja BNI Syariah di sektor mikro ini boleh dibilang stagnan-stagnan saja.
“Untuk mikro masih stagnan, sampai nanti dibuka titik-titik baru mikro lagi. Titik mikro baru ini mungkin akan selesai di April atau Mei 2015 ini. Rencananya kita akan buka lagi 15 titik mikro. Dengan membuka titik baru, lalu kita harapkan tumbuh. Namun kalau masih belum bertumbuh, maka kami akan maintenance dahulu titik-titik mikro yang sudah ada saja,” lanjut Imam lagi, sambil menambahkan, bahwa BNI Syariah saat ini sudah memiliki titik-titik pembiayaan mikro di 89 lokasi di seluruh daerah di Indonesia.