Agar lebih membumi dikenal masyarakat, perusahaan asuransi syariah harus menyasar masyarakat bawah dan berani promosi menawarkan produknya.
Basuki menilai ulama harus berperan dalam menyosialisasikan asurnasi syariah kepada masyarakat. Pasalnya, kata dia, asurnasi syariah memiliki pasar terkurung di umat, sehingga dalam pengembangannya perlu peran ulama.
”Asuransi syariah harus mengubah pendekatannya menawarkan produk ke masyarakat, dengan mendatangi pesantren, pendidikan Islam dan organisasi Islam,” kata Basuki kepada MySharing, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurutnya, selama ini ulama hanya membaca dan mengkaji fikih dan hadist, namun belum menjadi bagian dalam sosialisasi keuangan syariah di kehidupan nyata masyarakat luas. ”Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus merangkul para ulama. Saya yakin cara ini lebih mengena dalam upaya meningkatkan keuangan syariah Indonesia,” ujar karyawan Frisian Flag Indonesia ini.
- Adira Finance Syariah, Danamon Syariah & Zurich Syariah Gelar FPR2024 di Rangkasbitung
- Diskusi Inspiratif Rabu Hijrah: “Sinergi Pentahelik Ekonomi Syariah Mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045”
- Pleno KNEKS 2024: Ekonomi Syariah Kekuatan Baru Menuju Indonesia Emas 2045
- Allianz Life Syariah Luncurkan Flexi Medical Plan, Asuransi Kesehatan Fleksibel
Lebih jauh ia menegaskan, pada dasarnya para ulama sudah memahami arti penting asuransi syariah, namun mereka masih kurang paham permasalahan teknis dan teknologinya. Basuki menyarankan, agar pemerintah dan regulator mengajak para ulama di tingkat akar rumput berdiskusi tentang keunggulan lembaga keuangan syariah, baik itu bank syariah, asurnasi syariah, pegadaian syariah, dan lainnya. Tujuannya tiada lain untuk pengembangan keuangan syariah Indonesia.
Basuki juga menuturkan bahwa titik lemah keuangan syariah adalah promosi dan iklan yang masih minim dibandingkan konvensional. Selain itu, menurutnya, masyarakat juga belum terbiasa dengan premi, karena masih banyak diantara mereka yang masih hidup dibawah garis kemiskinan. Sehingga tidak terpikir menggunakan jasa asuransi untuk menopang masa depan keluarganya.
Terlebih lagi, tegas warga Jakarta Timur ini, tantangan dari asuransi konvesional yakni berani mempromosikan secara besar-besaran aneka produk menarik bagi konsumen. Beda halnya dengan perusahaan asuransi syariah. Dimana masyarakat hanya mengenal nama saja, tetapi belum mengenal betul produknya, apalagi di tingkat akar rumput. ”Ini kesempatan besar bagi asuransi syariah mendekatkan diri ke kalangan bawah. Ya caranya blusukan jaring nasabah,” pungkasnya.