Jajang Koswara.

Jajang : Di Daerah, Keuangan Syariah Kurang Populer

Minimnya sosialisasi keuangan syariah di daerah menyebabkan sistem ini kurang diminati masyarakat, khususnya di kampung Parunggawul Kadipaten Jawa Barat.

Jajang Koswara.
Jajang Koswara.

Jajang Koswara mengatakan, diusianya yang masih relatif muda, kehadiran keuangan syariah, khususnya perbankan syariah di Indonesia sungguh memberikan segudang harapan bagi umat Muslim. Namun demikian, tidak dipungkuri kalau keuangan syariah di daerah masih kurang digemari oleh masyarakat. “Di daerah kekuangan syariah kurang populer, masyarakat lebih berminat pada bank konvensional, seperti halnya saya,” kata Jajang kepada MySharing, saat ditemui di Parunggawul, Kadipaten, Jawa Barat, Selasa (21/7).

Menurut warga Parunggawul ini, masyarakat seringkali belum mengetahui apa perbedaan bank syariah dan bank konvensional. Kebanyakan masyarakat masih berpandangan bahwa bank syariah itu bank bagi hasil. Karena itulah memang yang banyak dipromosikan oleh bank syariah, tidak secara rinci mengupas manfaatnya bagi umat Muslim.

Kembali Jajang menuturkan, bahwa ada dua hal yang membuat keuangan syariah kurang digemari masyarakat di daerah. Yakni, pertama kurangnya pemahaman masyarakat terhadap konsep keuangan syariah, sehingga kurang familiar dengan industri ini. Kedua, adalah perpepsi pasar terhadap produk dan layanan keuangan syariah tidak seperti yang diharapkan. “Masyarakat masih meragukan prinsip syariah, karena ada pendapat kalau praktiknya masih sama dengan konvensional,” ujarnya.

Sehingga, lanjutnya, tidaklah salah jika masyarakat masih sering membandingkan ketika akan masuk ke bank syariah yang dilihat bagi hasilnya dahulu, lalu dibandingkan dengan konvensional. Kalau dirasa dana pinjaman atau keuntungannya lebih besar di konvensional, ya mereka akan lari ke konvensional. Toh penerapan sistem industri syariah tidak seratus persen syariah, masih sama dengan konvensional.

Menurut Jajang, sebagai industri yang relatif muda, keuangan syariah perlu terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat luas. Sehingga produk dan jasa layanan syariah yang semakin beragam dan berdaya saing dapat dikenal dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. “Untuk menumbuhkan minat masyarakat daerah, sosialisasi dan edukasi keuangan syariah harus lebih gencar jangan melempem,” tukas pria yang berprofesi petani ini.

Jajang mengakui bahwa masyarakat di kampungnya belum tersentuh oleh edukasi keuangan syariah yang katanya begitu gencar dilakukan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Kami belum tersentuh edukasi, ya nggak salah kalau kami nggak paham keuangan syariah,” tegasnya.

Ayah dari Zaena Sari Faturahma ini pun berharap, edukasi keuangan syariah bisa menyasar ke kampungnya. Sehingga mayoritas penduduk Muslim dikampungnya bisa lebih memahami sistem syariah dan lambat laut dapat beralih ke perbankan syariah. Jajang juga berharap keuangan syariah nantinya benar-benar berkonstribusi nyata dan optimal dalam pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah yang berkesinambungan, serta dapat bermanfaat untuk masyarakat.