Insentif akan Dorong Asuransi Syariah

Kondisi perekonomian yang melambat membuat pertumbuhan industri asuransi syariah tak seagresif tahun sebelumnya. Kendati asuransi syariah Indonesia mencatat pertumbuhan yang positif, tetap diperlukan insentif kebijakan agar industri tersebut terus meningkat.

asuransi syariahKetua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Adi Permana, mengatakan di triwulan pertama 2015 pertumbuhan industri asuransi syariah sempat turun 19 persen, sedangkan di triwulan dua pertumbuhan sekitar 15 persen. Kendati demikian, dari segi pangsa kontribusi tetap terjaga di kisaran lima persen, bahkan di triwulan pertama sempat berada di atas enam persen.

“Sudah lihat ada tren menurun dan untuk itu harus melakukan sesuatu. Adanya insentif atau regulasi baru itu akan naik, oleh karena itu yang kami coba dialog ke regulator mengenai insentif apa yang dibutuhkan, sehingga semakin ke depan industri asuransi syariah naik terus. Cita-citanya pangsa pasar sampai 20 persen,” ujar Adi saat Halal bi Halal AASI, Kamis petang (13/8). Baca: Bisnis Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia Prospeknya Besar

Ia menambahkan perlu adanya keberpihakan regulasi agar industri asuransi syariah bisa terus meningkat. Salah satu yang disambut baik oleh pelaku industri asuransi syariah adalah insentif kebijakan uang muka pembiayaan kendaraan bermotor bagi pembiayaan syariah yang berbeda lima persen dari pembiayaan konvensional, walau hingga saat ini dampaknya belum terlalu signifikan bagi asuransi syariah.

“Sebenarnya kami sudah memprediksi untuk ketentuan uang muka pembiayaan syariah akan pengaruh ke asuransi syariah tapi tidak terlalu besar. Kami melihat perlu keberpihakan juga kalau mau industri asuransi syariah maju, ya regulasinya harus lebih berpihak agar lebih cepat,” tukas Adi. Baca Juga: OJK Dorong Harmonisasi Roadmap Keuangan Syariah

Adi menuturkan sempat ada wacana uang muka pembiayaan syariah sebesar nol persen. “Namun, itu tentu sangat bergantung pada performa institusi yang bersangkutan sendiri. Kalo rasio pembiayaan bermasalah tinggi tentu uang muka tidak boleh nol persen. Tapi kalau performanya bagus dan itu bisa (diterapkan), bagus kalau insentif seperti itu ada,” jelas Adi.