Ada tiga dasar yang perlu diperhatikan ketika kita mengelola keuangan. Yaitu profil risiko, financial statment, dan financial goals.
Perencana Keuangan dari Janus Financial, Dwita Ariani mengatakan, mengatur keuagan pribadi itu termasuk seni yang mengharuskan seseorang mencapai target-target keuangan dalam kehidupan dan kemampuan untuk memiliki konsitensi dalam prosesnya.
Banyak orang berpikir keuangan itu tentang perhitungan, bukan tentang pikiran apalagi perasaan. “Namanya uang itu bukan sekedar hitung-hitungan, tapi hasil dari bagaimana pikiran, perasaan, dan attitude yang membentuk watak kita dalam bersikap terhadap uang,” kata Dwita dalam talkshow Pesta Reksa Dana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (28/1).Baca: Mengelola Uang itu Ibarat Seni.
Menurut dia, ada tiga dasar yang harus diperhatikan saat kita mengelola keuangan dengan baik. Pertama, profil risiko. Dwita pun mencontohkan, seorang yang masih singel belum menikah akan beda caranya dengan orang yang sudah menikah dan punya anak dalam mengelola keuangan.
Seseorang yang singel, pekerja keras dan menampung kehidupan orangtua serta membiayai kuliah adiknya.
“Jadi harus tahu profil resiko diri kita seperti apa?Apakah kita orang yang sangat konvensional, yang sangat takut kehilangan uang. Atau kita tipe yang lebih agresif. Artinya mau menghadapi risiko dengan beban lebih banyak di jangka waktu lebih panjang?,” papar Dwita.
Kedua, lanjut dia, adalah financial statement. Artinya, kita harus tahu berapa besar uang kita?Setiap bulan kebutuhan kita seberapa besar? Karena tanpa mengetahui kebutuhan kita ini, maka kita tidak akan punya cara mencari efektif untuk mencapai nvestasi keuangan yang maksimal.
Dia menjelaskan lagi, akan berbeda seseorang yang mempunyai hutang banyak dengan prang yang punya uang banyak.Dua-duanya akan memiliki masalah, pastinya. “Yang kebanyakan duit masalah, ternyata kebanyakan utang juga masalah. Jadi ini yang harus kita kelola bagaimana financial statement kita tahu perioritas yang harus ditempuh,” ungkap Dwita.
Ketiga adalah financial goals. Menurut Dwita, kita harus tahu tujuan kita di masa depan secara financial apa? Kalau misalkan kita gambarkan bagaimana sih manusia itu di kehidupan mulai dari lahir hingga besar dan menikah. Tentu harus tahu bagaimana financial goal-nya. Seperti, setelah menikah, pasti hamil dan harus memikirkan biaya kelahiran. “Ternyata melahirkan saja perlu biaya yang cukup mahal, jadi perlu disiapkan matang,” ujarnya.
Setelah melahirkan, pasti butuh biaya untuk mengurus anak serta biaya sekolahnya hingga ke perguruan tinggi, bahkan menikahnya.Sehingga orang tua harus maksimal dalam mengelola keuangan.
Selain itu, lanjut dia, financial goals yang harus dikelola adalah terkait pensiun.Ketika pensiun, kita ingin hidup seperti apa?Mau hidup senang atau biasaya saja? Tapi kenyataannya, lebih banyak pengalaman saat pensiun itu, mereka hidupnya malah tergantung pada orang lain, pada anak atau saudara Bahkan, ada yang sampai pensiun, hutangnya belum lunas, ternyata anaknya juga masih kuliah.
“Kalau ketika usia produktif tidak pintar tentukan financial goals, kita akan menanggung banyak risiko hidup. Ya karena setelah pensiun itu kan biaya-biaya kebutuhan kehidupan tetap ada. Dapur harus tetap gebul,” tegasnya.
Kemudian financial goal terakhir adalah persiapan ketika kita meninggal dunia. Dwita menuturkan, bahwa saat meninggal saja kita masih butuh biaya. Apalagi kalau ingin dimakamkan di pemakaman mewah seperti San Diago Hills yang harga perkaplingnya mencapai Rp 1 miliar. Selain itu, pastinya ketika meninggal dunia diharapkan kita tidak menyusahkan keluarga. Sebaliknya harus mewariskan kenyamanan tanpa beban masalah yang membelit.
Inilah faktor utama yang harus diperhatikan dalam mengelola keuangan untuk investasi masa depan sehingga semua impian dapat diwujudkan dalam kehidupan.