Meski sepanjang tahun 2015, Indonesia mengalami perlambatan ekonomi yang cukup signifikan, namun BNI Syariah mampu tetap menjaga kinerja bisnisnya dengan cukup bagus. Apa rahasianya?
“Kita tetap bersyukur, bahwa di tahun 2015 meski terdapat situasi ekonomi yang sulit, namun kami tetap optimis dengan kinerja kita yang masih terjaga cukup bagus. Misal dari sisi aset, kita sekarang Rp 21,3 triliun, sementara target aset kita sampai akhir 2015, adalah Rp 21,7 trilun. Sementara tahun 2015 masih ada beberapa bulan lagi. Jadi kalau pun tidak tercapai di akhir tahun 2015, namun hanya kurang sedikit saja. Itu dari sisi aset. Sementara dari sisi profit, kita optimis target kita bakal tercapai. Pembiayaan kita juga masih bagus. Secara umum, BNI Syariah mampu menjaga kinerjanya cukup bagus selama tahun 2015 di tengah perlambatan ekonomi,” papar Dinno Indiano kepada MySharing kemarin di Jakarta.
Menurut Dinno Indiano, salah satu kunci untuk membuat kinerja bisnis perusahaannya agar tetap bagus adalah dengan menjaga kualitas pembiayaan BNI Syariah. BNI Syariah sepanjang tahun 2015 ini tidak terlalu ekspansif didalam pembiayaan. Di tengah situasi ekonomi melambat ini, BNI Syariah benar-benar menjaga kualitas pembiayaannya agar tetap baik.
“Kami mengerem pembiayaan produktif yang terdiri dari pembiayaan komersial dan mikro. BNI syariah fokus pada pembiayaan perumahan (Griya) yang menjadi andalan BNI Syariah selama ini, dengan porsi pembiayaan Griya mencapai 83% dari pembiayaan konsumtif. Sementara 95% dari pembiayaan Griya tersebut merupakan pembiayaan rumah pertama. Pembiayaan rumah pertama Ini terbukti bagus menjaga kualitas pembiayaan kami,” jelas Dinno Indiano.
Ditambahkan Dinno Indiano, BNI Syariah juga sangat concern menjaga NPF-nya yang masih dijaga diangka 2,6%, atau masih jauh lebih baik dibanding rata-rata NPF industri yang angkanya sudah diatas angka 4%.
Berdasarkan data audit terakhir BNI Syariah, sampai dengan berakhirnya Semester Pertama 2015 (Juni 2015), BNI Syariah meraih total pembiayaan sebesar Rp 16,74 triliun. Dari total pembiayaan tersebut, pembiayaan konsumtif mendominasi sebesar 53.17%, kemudian diikuti pembiayaan produktif UKM 22,07%, pembiayaan komersial sebesar 16,15%, pembiayaan mikro 6,3%, dan pembiayaan kartu Hasanah Card 2,29%.