Sebelum berinvestasi, kenali dulu kondisi keuangan yang dimiliki agar tak lebih besar pasak daripada tiang.
Perencana keuangan independen Mohamad B Teguh menyatakan, dalam merencanakan keuangan, seseorang harus mengenali kondisi keuangannya terlebih dahulu. “Untuk mengenali kondisi keuangan dilakukan dengan dua cara, yaitu dari cashflow dan asset network,” katanya dalam Workshop Investasi Syariah Otoritas Jasa Keuangan, Rabu (27/4).
Cashflow adalah catatan uang masuk dan keluar dalam sebulan. Dalam hal ini seseorang harus memiliki pendapatan lebih besar dari pengeluaran. “Kemudian, lihat juga asetnya punya tabungan berapa, rumah, motor, dan juga kalau punya utangnya berapa,” ujar Teguh.
Setelah punya dua data itu, lanjut Teguh, hitunglah debt services ratio yaitu total cicilan utang dibandingkan total pendapatan. “Kalau lebih dari 30 persen sudah warning, tidak boleh lebih dari itu. Namun, kalau ada cicilan rumah bisa lebih dari 30 persen karena rumah termasuk kebutuhan pokok,” jelasnya.
Selain itu, lihat pula liquidity ratio yang dimiliki. Ia menyampaikan setidaknya seseorang harus memiliki dana minimal sebesar empat kali pengeluaran, sehingga jika terjadi sesuatu yang darurat punya dana untuk bertahan. “Selanjutnya harus bisa menabung minimal 10 persen dan harus dibiasakan dari sekarang, meski pendapatan pas-pasan, paksain deh,” cetus Teguh.
Debt services ratio, total cicilan utang dibandingkan total pendapatan Click To TweetIa pun menambahkan rumus investasi itu dilakukan di depan, bukan saat ada sisa dari pengeluaran. Oleh karena itu, melalui perhitungan rasio di atas akan cukup membuat investor mengetahui kondisi keuangannya sehat atau tidak. “Jadi cicilan tidak lebih dari 30 persen, punya aset likuid, punya dana sebesar pengeluaran minimal empat bulan dan punya dana tabungan min 10 persen,” jelasnya.