Laju perekonomian Indonesia yang sedang melambat berdampak pula bagi bisnis BPRS Sragen.
Direktur Utama Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Sragen Sunaryo, mengatakan dibanding akhir 2014, pembiayaan dan aset mengalami penurunan. “Aset per Juli 2015 sebesar Rp 85,5 miliar, outstanding pembiayaan Rp 71,3 miliar. Ini menurun dari akhir 2014 dimana pembiayaan mencapai Rp 73 miliar dan aset Rp 87 miliar,” kata Sunaryo kepada mysharing, Jumat (28/8).
Penurunan aset dan pembiayaan tersebut tak terlepas dari kondisi penarikan dana nasabah untuk memenuhi kebutuhan lebaran dan tahun ajaran baru sekolah beberapa waktu lalu dan belum adanya linkage program dengan lembaga keuangan lain. Sementara, pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF) pun naik. Baca: OJK Imbau Bank Syariah Tak Berlebihan Genjot Pembiayaan
“Kebetulan nasabah juga mengalami perubahan pada daya mengangsur yang menurun, sehingga menyebabkan pembiayaan bermasalah kami meningkat. Untuk mendapat pembiayaan dari bank lain pun jadinya belum memenuhi syarat, sehingga mereka belum dapat memberikan pembiayaan,” jelas Sunaryo. Baca: BPRS Majukan UMKM Melalui Linkage Program dengan Bank Syariah
Sunaryo menuturkan kini pihaknya fokus untuk menurunkan rasio NPF. Langkah yang ditempuh untuk menurunkan NPF adalah melalui rescheduling jika kemampuan membayar nasabah menurun. Namun, jika nasabah tidak ada kemampuan membayar kembali, langkah yang dilakukan adalah penjualan jaminan. “Bahkan ada yang sudah di tahap lelang,” ungkap Sunaryo. Dalam melakukan perbaikan NPF, BPRS Sragen juga telah bekerjasama dengan Kejaksaan Sragen.
Di sisi lain, meski aset dan pembiayaan menurun, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BPRS Sragen mencatat kinerja yang positif. Per Juli 2015 DPK BPRS Sragen mencapai Rp 58 miliar, atau naik sekitar lima persen dari akhir 2014 yang sebesar Rp 55,7 miliar. “Kami berharap sampai akhir tahun bisa tumbuh setidaknya 5 persen di sisa waktu seperti ini. Dari aset Rp 87 miliar akhir tahun lalu, kalau tambah 5 persen saja bisa bagus kan bisa sampai diatas Rp 90 miliar,” cetus Sunaryo.