Karyawan Bank Aceh. Foto: TribunNews

Konversi Bank Syariah Tingkatkan Kapasitas Aset

Hasil konversi Bank Aceh menjadi Bank Aceh Syariah tingkatkan pencapaian 5,13 persen.

Konsolidasi  perbankan syariah bisa menjadi opsi untuk meningkatkan kapasitas bank syariah. Wacana ini pun bergulir di Kementerian BUMN dan juga Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda).

Direktur Penelitian, Pengembangan, Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syaria  OJK Deden Firman Hendarsyah menuturkan,  wacana Kementerian BUMN untuk melakukan merger bank syariah milik bank BUMN masih terus bergulir dan opsinya juga terus berkembang.

“Opsinya banyak, mulai dari penggabungan seluruh bank syariah milik BUMN, kemudian menjadi dua bank besar, sampai pembentukan holding BUMN syariah semuanya kami serahkan kepada Kementerian BUMN,” ungkap Deden dalam konferensi pers di gedung OJK, Selasa (27/9).

Sementara itu, lanjut dia,  untuk penggabungan UUS milik Bank Pembangunan Daerah (BPD), dilakukan oleh UUS yang kapasitasnya kecil. Beberapa UUS BPD yang memiliki kapasitas cukup berani untuk melakukan spin off. Bahkan, Bank Aceh berkonversi menjadi Bank Aceh Syariah pada 19 September 2016 lalu.

Berdasarkan data OJK, pangsa pasar industri perbankan syariah terhadap industri perbankan nasional menunjukkan kenaikan, yaitu meningkat dari 4,60 persen pada Juli 2015 menjadi 4,84 persen pada Juli 2016. “Pangsa pasar tersebut akan meningkat mencapai 5,13 persen apabila turut memperhitungkan hasil konversi Bank Aceh menjadi Bank Aceh Syariah,” ujarnya.

Menurutnya, sejalan dengan perkembangan pangsa pasar tersebut, terjadi kenaikan aset perbankan syariah (BUS dan UUS) sebesar 18,49 persen (yoy), yaitu dari Rp 272,6 triliun pada Juli 2015 menjadi Rp 305,5 triliun di Juli 2016.

Aset perbankan syariah naik18,49% Click To Tweet

Kenaikan tersebut didorong oleh meningkatnya penghimpunan dana pihak ketiga sebesar 12,54 persen (yoy), yaitu dari Rp 216 triliun (Juli 2015) menjadi Rp 243 triliun (Juli 2016), yang selanjutnya telah mendorong penyaluran pembiayaan sebesar 7,47 persen (yoy), yaitu dari Rp 204,8 triliun (Juli 2015) menjadi Rp 220,1 triliun.