BI Kaji Repo Sertifikat Deposito Syariah

Aktivitas pasar uang syariah yang masih minim membuat sejumlah pemangku kepentingan mengkaji transaksi repo dengan instrumen baru.

biKepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Muhammad Anwar Bashori mengatakan, volume pasar uang syariah saat ini masih berada di bawah Rp 1 triliun. “Karena memang kebutuhannya masih kecil, jadi ya transaksinya masih di bawah Rp 1 triliun,” ujarnya.

Namun, lanjut dia, jika ada lebih banyak instrumen yang bisa diperdagangkan secara repo, maka secara perlahan volume dan frekuensi pasar uang syariah secara perlahan akan semakin besar. “BI akan selalu menginisiasi instrumen-instrumen apa saja, termasuk akan mengkaji mengenai Negotiable Certificate Deposit (sertifikat deposito). Sertifikat deposito yang bisa diperdagangkan antar perbankan,” ungkap Anwar.

Anwar memaparkan, saat ini baru surat berharga syariah negara (SBSN) yang baru bisa diperdagangkan secara repo. “Sekarang ini baru SBSN yang baru akan dimulai, tapi kalau nanti semakin banyak, kan enak. Kapanpun ada penarikan nasabah untuk transaksi tertentu, ada lebih dan kurang akan saling dukung antara mereka,” tukasnya.

Pihaknya bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan pun telah bersilaturahmi kepada Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) terkait transaksi repo sertifikat deposito syariah. “Harus ada fatwanya dulu. Begitu fatwanya oke, baru jalan. Tidak mungkin kami mengkaji tapi fatwanya tidak ada. Jadi ini kami lagi mapping,” jelas Anwar.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Korporasi Bank Muamalat Indra Y Sugiarto pun menyambut baik rencana BI yang sedang mengkaji repo sertifikat deposito syariah. “Kami akan mendukung kalau ada itu, jadi ada alternatif lain,” katanya.

Menurutnya, aktivitas pasar uang syariah akan bisa lebih baik lagi jika ada alternatif instrumen lainnya. Pihaknya pun akan mengevaluasi terlebih dulu tingkat kebutuhan likuiditasnya. “Namun paling tidak dengan adanya sertifikat deposito syariah, ada alternatif untuk likuiditas kalau market short, bank bisa mengatasi dalam instrumen selain sukuk,” pungkas Indra.